Cokelat semangat kerja, sebenernya ini foto sudah lawas jadul dan tua. Cokelat yang aku beli seharga 19.000 rupiah di toko oleh-oleh di Malang. Mungkin karena baru tahu ada produk selucu itu maka aku beli padahal enggak tahu bakal dimakan atau tidak. Toh aku enggak begitu suka cokelat batangan. Ini kebiasaan buruk yang jarang aku lakukan, beli tapi enggak tahu gunanya apa. Sadar-sadar nanti, nanti-nanti. Jarang, tapi benar-benar terjadi biasanya yang nggak penting. 2 banding 10.
Selain embel-embel '' semangat kerja'', ada juga ''pereda emosi'' (yang aku inget cuman itu, yang lainnya sudah amblas lupa). Setiap kemasan warna dan karakter gambarnya berbeda-beda namun isinya kurang lebih sama. Dan aku beli karena kemasannya, yaudah dimakan aja kemasannya, isinya dibuang. Hahaha. Kalau dipikir-pikir, enggak ngaruh sih sama semangat kerja, yang ada cuman ehm..ehmm apa ya nano nano gichu.. Bagiku, baru ngefek kalau ada brownies coklat, pizza mozarella yang molooorrrr kayak karet kolor, semangkuk es campur.. nah itu baru ngefek. Postingan ini cuman curhatan gak pentingku, oke selesai. 9:11 PM 10/28/2017
0 Comments
Banyak yang tahu bahwa hidup ini seperti roda yang berputar. Kadang di bawah, kadang di atas. Dulu aku saat dengar istilah ini mesti muter otak dulu maksudnya apa coba hidup seperti roda berputar. Rasanya roda berputar itu bagaimana?
Dewasa ini aku mulai memahami dan merasakan apa itu roda berputar, bukan roda gerobak yang sedang berputar melainkan perputaran nasib atau perjalanan kehidupan manusia. Sebagai manusia, kadang kita enggak aware akan perjalanan hidup karena tidak begitu memaknai alias dibiarkan terlalu mengalir. Kita boleh hidup mengalir seperti istilah let it flow namun jangan lupa untuk menyadari apa makna dari setiap kehidupan. Mengutip lagu dari Passanger berjudul “Let Her Go” yang bagian ini : Well you only need the light when it’s burning low Only miss the sun when it starts to snow Only know you love her when you let her go Only know you’ve been high when you’re feeling low Only hate the road when you’re missing home Bukan membahas masalah percintaan, namun apa makna dari lirik di atas. Menjelaskan bahwa kita membutuhkan cahaya ketika gelap, rindu panas matahari hanya ketika turunnya salju, baru tahu kalau kamu naksir dia saat dia kabur dan seterusnya…. Contoh lainnya seperti kita baru bisa melihat ke bawah kalau kita sudah berada di atas, kita baru sadar bahwa puncak itu tinggi saat kita berada di bawahnya dan sebaliknya. Sama seperti ketika kita merasa panas karena terik matahari, kemudian kita baru menyadari sejuknya dingin. Satu lagi, saat kita merasa kesulitan, baru terasa bahwa dulu kita pernah mendapatkan kemudahan. Roda berputar, semua orang merasakannya. Tergantung orangnya aware atau tidak akan perubahan itu. Tapi, seringnya dirasakan ketika sudah di bawah. Iya nggak sih? Kalau sedang di atas, kita cenderung merasa aman dan kadang tanpa persiapan. Tetapi ketika rasa aman itu berubah kebalikannya, kita baru sadar bahwa hidup sangat sulit. Tapi inilah kehidupan, enggak enak kalau tidak ditantang. Justru hidup ini lebih bermakna jika kita berhasil lolos dari setiap ujian kehidupan. Bukankah kalau kita lolos kita naik kelas? Naik kelas kehidupan maksudnya. Orang di bawah itu tidak lemah. Ini hanya perputaran roda. Selama kita yakin akan perputaran roda, kita tidak lemah, hanya posisinya sedang di bawah. Dan ini akan berubah, tergantung usaha dan upaya. Cepat atau lambat, perubahan akan terjadi. Kehidupan ini banyak kejutan yang kita enggak pernah tahu. Manusia boleh berencana, namun yang acc tetap yang di Atas. 24 Oktober 2017 – 23.30 Chapt 5 – Healing from Within : Writing down your feelings.
Halo, kali ini aku akan retype salah satu bab pada buku berjudul “thank you for being such a pain” oleh Mark I Rosen. Dan akan aku retype dengan bahasa Inggris karena bukan dari buku terjemahan bahasa Indonesia seperti postingan terdahulu dari Dale Carnegie yang berjudul “Overcoming worry and stress” (link aktif) Hm, oke langsung saja aku mulai mengetik. ---------------------------------------------------------------------------- The writer writes in order to teach himself, to understand himself, to satisfy himself. – Alfred Kazin. To write is to make concrete what is uncertain, abstract and tentative. Feelings, impressions, and thoughts swirl around inside us as we encounter difficult people. Writing takes the swirling and makes it into visible letters and words that have meaning and focus. By writing about difficult people, we take what’s inside and fling it outside to behold and ponder. Our feelings, painful and unwanted, flow invisibly through our hands and fingers. They often are so eager to tell a story that they move with fury and purpose. Writing heals. It both expresses feeling and fosters self-understanding. Writing is an outlet , a means of purging, a way to privately and safely damn those who make our lives so terribly difficult. Writing has saved me many time from making nasty phone calls. It has kept me from saying the awful things that I wanted to say in the moment, barbed words that would have lingered in the heart of the listener like fishhooks. Instead of calling , instead of talking, I wrote it all down. I got it out. I screamed on paper, pounded my keyboard, talked to the screen, stayed uplate. Exhausted, I finally went to bed and dreamed more acrimony. Some of the things I’ve written to the people who have hurt me have taken weeks to put down in word because it took that long until the feelings subsided. But if I hadn’t written my feelings out, I might have been poisoned by the toxicity of my own emotions for many months. There are two ways to view writing in the context of a difficult relationship. You can write to get your feelings out, to understand your difficulties, and to feel better. Or you can write to communicate with the other person. It is crucial to recognize that you cannot do both with the same piece of writing. If you write to heal, the writing must be for your eyes only. It can be a serious mistake to share a letter written for yourself with a difficult person. The relationship could be irreparably damaged. Several writing exercises to help with your intense feelings and to acquire insight into your difficulties can be found in the explorations section of this chapter. Writing is a potent way to heal intense feelings and to acquire a greater understanding of the difficulties. ---------------------------------------------------------------------------- Tujuanku retype salah satu bab buku ini adalah untuk sharing, siapa tahu bermanfaat . Jadi, enggak berlaku tuh niat amat ngetik ulang terus dipublish di blog? Buang jauh-jauh pikiran seperti itu. Kembali pada tujuan awal yakni sharing. Dalam satu buku ini ada 2 Part, 7 Chapter dan kurang lebih 100 bab. Gila segitu banyaknya buat ngatasin orang sulit dan cara nyembuhinnya. Nah sekarang adalah rangkuman menurutku tentang tulisan di atas :
21 Oktober 2017 – 22.28 Hingga malam semakin larut mengerjakan skripsi adalah hal pertama yang akan terjadi dalam hidupku. mendengar kisah sendu teman yang sudah melaluinya, aku jadi pesimis. kadang, melawan ketakutan adalah satu-satunya cara buat bisa maju. karena setelah ini selesai, hidup bakalan bener-bener nggak sama. dan aku merupakan tipe orang yang menjunjung bahwa hidup memang harus bermakna. eaaa mosok see.. ngejaga pikiran tetep lurus walau diterpa ini dan itu adalah hal yang sebenarnya enggak mudah. apalagi bagi mahasiswa yang deep thinker kayak aku gini. gaenak dikit dianalisa, salah dikit down. mungkin harus bener-bener sadar bahwa kesempurnaan itu memang nggak ada. di sisi negatif, sifat ini memang enggak baik karena merupakan sifat yang nggak bisa diajak berkembang. di sisi positifnya kita dapat mengoreksi/ mengevaluasi apakah yang kita lakukan/kerjakan memang sudah tepat. berkutat dengan perasaan tidak mampu itu derita. dan inilah permasalahan besarku. dan selalu melakukan perbandingan yang sebenernya nggak penting. membandingkan diri dengan oranglain dibilang bagus kalau motivasinya buat berkembang, tetapi jika untuk mengejar kesamaan terhadap oranglain itu juga bakal bikin stres pasalnya keunikan tiap orang berbeda-beda. berkali-kali aku pikirin itu, berkali-kali aku coba buang pikiran untuk membandingkan kekurangan diri dengan kelebihan oranglain. wow sentimentalnya ruar biyasa. rumit dan sesimpel itu. intj perempuan populasinya kurang dari 1%. dan aku di antaranya. menyedihkan sekali jika hadir di kumpulan teman-teman yang berjumlah banyak sedang aku hanya melihat-lihat, kadang menyentuh hp atau senyum garing yang tak mau terlibat dalam obrolan. intj suka mikir, jadi ngapain aja pasti mikirin sesuatu. mau mandi, makan, nyetir, poop bahkan mau tidur pun mesti mikir dulu. bingung gimana caranya buat nggak mikir.
entah cuman personaliti tertentu atau tipe 'thinking' doang yang bisa diberi nasihat dengan mengedepankan logika ketimbang perasaan. aku lebih rela mendengarkan fakta yang mengiris-iris bawang bombay eh maksudnya hati ketimbang perasaan. karena itu paling original. karena asli tapi menderita, lebih baik daripada palsu tapi membahagiakan. jadi, jika dinasihati pakai perasaan itu agak nggak mempan. kadang aku sedih akan hal ini, jadi orang super ribet banget. aku sering kagum sama orang yang diberi kata-kata/nasihat yang nyentuh perasaan bisa mempan. nasihat diterima dan move on-nya terlaksana dengan cepat. mengutip kata-katanya Lao Tzu, yang intinya gini "kita sering cemas karena hidup di masa depan, dan kita akan damai jika hidup sekarang ini" ya, memang bener. kalau kita kebanyakan mikirin masa depan juga akan cemas dan stres. padahal, kalau dipikir-pikir, masa depan dimulai dari sekarang. intj selalu dan selalu merencanakan. aksi rencana merencanakan lebih besar porsinya ketimbang aksi spontan. dari kebanyakan mikir dulu sebelum bertindak, kadang ya bisa aja spontan tapi jarang. contoh saat ada acara dekor ruangan, lebih bisa dan lebih enak kalau tiap-tiap orang punya bagian yang jelas, mana dulu yang dikerjakan, jadi sistematis bukan random. ya ada orang yang mau diajak kerja sama secara sistematis dan ada yang menganggapnya terlalu ngatur jadi ribet. aku merasa makhluk asing menyerupai alien di dalam kelas. kadang aku menatap dosen dengan serius ketika mengajar hanya untuk mengamati gaya mengajar (mimik wajah, gaya bicara), kedua gaya berpakaian, ketiga baru isi dari yang dibicarakan. maka dari itu mencatat adalah salah satunya cara untuk menanggulangi hal tersebut. aneh ya? nah, soal bicara di depan umum. haha bukan pemandangan yang indah. dampak dari malu adalah blank. tetapi sebenernya kalau dipaksa melawan rasa malu ya bisa lah ya buat show up meski agak kaku. haha.. kalau mau belajar, pasti ada jalan. intj merupakan perpaduan antara koleris dan melankolis. koleris memiliki sifat yang kuat, dominan dan serius. dan melankolis memiliki sifat yang agak nelangsa , sensitif dan analitis. intj yang casenya koleris, biasanya enggak disangka-sangka kalau di suatu waktu hatinya melankolis, dengerin lagu sedih atau nampak melas. tapi ya masa' dibilang kejam sih, padahal mereka nangis di bawah bantal mana ada yang tahu. hahahaha.... jadi bagi kamu yang sudah baca ini blog dan enggak tahu personalitimu apa boleh klik TES MBTI lalu isi soal ujiannya dan perhatikan hasilnya, lalu baca penjelasan detail tentang personalitimu. kalau kamu ngisinya jujur, walau itu emang jelek atau tidak sedang ingin mirip sama ABCD, hasilnya bisa real apa adanya dirimu. kamu bisa dibantu dalam milih pekerjaan yang cocok sama kepribadianmu apa, perbaikan kelemahanmu gimana, pokoknya membantu kamu mengenal dirimu lebih dalam. tes ini membantu/ memberi clue, kitalah yang menentukan jalan. itu ! oh ya jika ada kalimat demi kalimat di atas yang kurang pas atau tidak enak dibaca tolong dimaafkan. atau lebih diperbolehkan lagi untuk komen di bawah atau kirim email ke [email protected]. terima kasih sudah mampir (〜^∇^)〜 01.30 – 17 Oktober 2017 Dia biarkan aku jatuh cinta Membicarakan tentang stalker, pasti kalian tahu apa itu stalker. Stalker artinya penguntit, kepo kalau kata kids jaman now. Stalker dilakukan dengan motif untuk mencari informasi akan sesuatu yang membuat hati si stalker penasaran. Rasa ingin tahu yang tinggi menjadi pemicunya. Nah, kalian tahu kan stalk paling gampang dan enggak nguras tenaga itu di mana? Di Media Sosial. Medsosnya antara lain : Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan lain-lain. Banyak fitur baru para medsos yang memberikan fasilitas tambahan untuk mengaktualisasi diri ditambah akses internet sudah guampang banget jaman now ya. Yang menjadikan para stalker mudah mendapatkan informasi. Kecuali, kecuali kalau si target sasarannya ndeso/gaptek , dia nggak punya medsos.
Stalker, tidak saja dilakukan di Media Sosial lho. Namanya aja penguntit, dia bakal melakukan apa aja gaes terutama ngikutin kita ke mana-mana. Motifnya sama seperti yang ditulis di atas. Cuman pingin tahu. Padahal kan tinggal beli di pasar tuh tahu. Apa yang didapat dari stalker? Kepuasan. Puas kalau dia dapat informasi mengenai target sasarannya. Lalu apa? Lalu dianalisa! Kemudian timbullah yang namanya asumsi. Bahwa ini begitu karena itu. Oh ternyata dia selama ini penipu, oh ternyata …. Antara benar dan salah tak jadi masalah yang penting tahu (tanpa bulat) aja. Setelah itu, udah gitu doang. Tujuan terbesarnya adalah mencari jawaban atas rasa penasaran tanpa ada kejelasan maunya apa. Ya kalau ngikutin orang dari belakang sampai rumah, ya sekalian aja nemuin orang tua di rumah. Jadi stalkernya berfaedah. Hahahahahaha… Mengapa ada objek yang distalker? Karena objeknya itu penting. Kalau tidak penting, kenapa mesti dikejar-kejar dan dicari tahu? Kepentingannya ini juga macem-macem, ada yang penting karena urusan asmara dua sejoli, ada yang dicurigai,dan lain-lain lah. Apakah stalker sama detektif itu sama? Keduanya sama-sama ada usaha buat mencari informasi karena didorong rasa penasaran. Bedanya hanya pada motivasi. Stalker bermotivasikan kepo aja sedangkan detektif motivasinya ingin membuktikan sesuatu. Detektif emang ngikutin, menggali informasi dengan mencari tahu tetapi dia punya tujuan yang jelas yakni membuktikan/melakukan penyelidikan untuk memecahkan khasus dengan bukti yang ada. Kalau stalker cuman pada asumsi yang belum tentu benar dan salah. Jaman now banyak akun-akun gossip yang bermunculan dengan menyajikan berita yang ngepoin orang lain. Itu salah satu contoh stalker dunia maya alias medsos. Berasumsi ini dan itu untuk dijadikan bahan berita. Kadang sumbernya cuman dari internet doang sudah berani ngambil kesimpulan ini dan itu. Kehidupan manusia di media sosial kadang tidak berbanding lurus dengan realitanya. Apa yang selama ini digambarkan dari media sosial tersebut bukanlah seratus persen dari pribadi dia seutuhnya. Tapi, katanya, setiap postingan apapun yang ada di medsos kita itu mencerminkan pribadi kita? Ya, mencerminkan diri di dunia maya. Citra diri di dunia maya kita seperti apa dapat dinilai dari history-history kita meninggalkan sesuatu di medsos. Terlepas dari citra diri di dunia nyata yang kita enggak bisa baca hati dan apa isi kepala orang. Hahaha, sebelum mengakhiri tulisanku malam ini mau menginfokan sedikit bahwa topik ini diambil karena pengalaman dan pengamatan menjadi pelaku dan korban stalker. Seperti biasa aku menyebarkan pertanyaan-pertanyaan seputar itu kepada teman-teman dengan metode seperti postingan sebelumnya untuk dijadikan bahan tulisan di blog ini. Maaf banget kalau kalian nemuin gaya tulisan atau rangkaian kata yan mungkin sulit dimengerti dari blog ini dan terima kasih bagi kalian yang udah baca sampai kalimat terakhir dari postingan ini. 01.11 – 15 Oktober 2017 |
|