Merupakan kalimat yang spontan saya ketik di note handphone saya kemarin pagi. Muncul ide untuk menyapa teman-teman yang ada di aplikasi BBM saya. Selain tidak ada kerjaan alias #everydaylikeasunday (moto terbaru saya yang tidak bermutu) akhir-akhir ini ada saja ide yang muncul. Dengan mengunjungi sebuah tempat yang berWifi, akhirnya saya memposting tulisan saya ini. Maklum, paketan internet tidak stabil (kayak orangnya haha). Di tempat yang kondusif sekali untuk menulis, saya berhening-hening dengan internet dan laptop. Atau berubah alih ke handphone jika ada pesan masuk atau panggilan dari Lee Min Ho. Haha. Selamat pagi, selamat berdamai. Mengapa saya memilih kalimat tersebut untuk kemudian saya kirimkan ke teman-teman di BBM ? Selamat pagi > saya tidak bisa mengucapkan selamat malam karena masih pagi. Kemudian Selamat Berdamai > ini karena saya merasa sedikit berhasil untuk berdamai dengan diri sendiri (terlebih dahulu) agar kemudian dapat berdamai dengan orang lain. Karena, sebelum berdamai dengan oranglain, kita mesti berdamai dengan diri sendiri. Awalnya mendengar berdamai dengan diri sendiri itu simple, gampang, apaan sih. Tetapi ketika saya meresapi betul-betul kalimat tersebut, saya merasa saya telah keliru. Berdamai dengan diri sendiri enggak segampang itu. Atau kadang kita enggak paham akan hal itu sebenarnya. Contoh : Saya tidur nih, lagi ngimpi dinner bareng sama Lee Min Ho, pas romantis-romantisnya suap-suapan nasi pecel, eh ada anak tetangga nangis kenceeeeeeng banget, yang membuat saya njumbul langsung terbangun. Dan tidak ada episode bersambung untuk kisah dinner bersama Lee Min Ho. Lantas saya marah, saya teriakin juga dengan maksud agar tidak ramai. Emosi ceritanya. Tapi semakin saya menginginkan ketenangan, semakin tidak mungkin dan mungkin ada berbagai noise (hambatan komunikasi) berupa hal-hal semacam tersebut yang dapat terjadi. Contoh kedua nih, kalau yang pertama enggak cocok, macet di jalan. Ceritanya naik motor, terus macet. Cuaca sangat panas dan polusi kendaraan sangat mengganggu pernafasan (biasanya jadi sesak nafas atau cenut-cenut di kepala) ditambah bunyi klakson sahut-sahutan di sisi kanan dan kiri, belum lagi ada yang teriak-teriak memaki inilah itulah. Jujur sekali, hati ini rasanya vanas vroo.. ya memang tidak memberikan respon langsung ke mereka tapi setelah macet ini biasanya kebawa sampai rumah atau ngebut di jalan supaya terhindar dari kemacetan itu. Jadi, berdamai dengan diri sendiri adalah diam sejenak, sadari nafas, menahan diri dan memeluk rasa ingin marah, udah-udah. Oke, lanjut.. Saya buka bagian kontak, kemudian saya pencet satu per satu lalu memasukkan pesan Selamat pagi, selamat berdamai. Saya sengaja tidak membuat pesan siaran atau broadcast. Ini saya lakukan bukan untuk mengisi kekosongan saya (ciat.. kekosongan hati ta?) melainkan ingin belajar menyapa orang lain. Tidak semua saya chat, karena ada keterbatasan kepada kontak tertentu sehingga tidak saya libatkan aksi sapa menyapa ini (maafkeun..). Oh ya nih, curhat sebentar. Menyapa itu memang punya power buat oranglain senang atau perasaan dihargai. Saya punya teman, dia sedang berulang tahun. Saya telfon, kurang lebih 10 detik kemudian diangkat, dia shock kenapa saya menghubunginya karena saya tidak pernah menghubungi by phone. “ Ada apa Pril?” kemudian saya hanya mengatakan “ Selamat Ulang Tahun.” Mendengarkan dia ketawa pendek campur shock kemudian saya tutup telfon. Maklum, beda operator. Singkat. Tidak ada satu menit. Surprise! Saya enggak ngucapin paling duluan, atau pas dia baru bangun tidur. Apalagi kasih cecoklatan atau setangkai bunga merah. Tidak. Nah, dengan mengirimkan pesan Selamat pagi, selamat berdamai, ternyata menimbulkan banyak respon. Dan efeknya nyampai ke saya dan teman-teman. Seperti foto capture dari handphone saya (Sengaja saya hapus namanya, tapi foto masih bisa dikenali haha). Kurang lebih 30 kontak saya libatkan dalam aksi ini. Kurang lebih 70% merespon, sisanya hanya dibaca saja, belum dibaca dan centang. Ah tidak masalah. Dan lucunya, responnya unik-unik hihihi… Berikut respon yang kembali ke saya :
Setelah respon dari chat Selamat pagi, selamat berdamai, ada beberapa yang saya tanyakan yang berkaitan dengannya. Tetapi jika tidak ada tetap saya balas begini : Selamat bekerja ya (nama), jangan lupa berdoa. Dan timbul dua macam respon yaitu “Kenapa sih Mbak? Ada apa Mbak? Emangnya ada apa?” dan “Terima kasih telah diingatkan, Mbak April jangan lupa berdoa juga ya, Selamat beraktifitas, banyak doa + banyak cobaan..” Nyaris saya ikutan tersenyum kecil, senyum syukur dan terngiang-ngiang. Ikut senang saja rasanya. Untuk menyapa seseorang melalui media sosial, tidak mesti dengan cara yang saya lakukan di atas. Masih banyak cara. Yang penting tetap kontak-kontakkan lah. Meski tidak akrab, coba deh ngontak apa kek. Masalah dibales enggak yaudah. Beberapa teman juga merespon aneh akan hal ini, kok tumben-tumbennya si April itu ngontak terus ngucapain beginian. Ah biasanya dia nyelonong aja wong ketemu senyum aja enggak. Ini bukan asumsi, cuma ada yang bilang dan sayanya juga peka akan itu. Hahaha… Mungkin kalian ada yang suka menyapa melalui grup. Jadi sekali post, dibaca banyak orang. Itu juga bagus dan lebih efektif. Tapi saya punya grup yang aktif di media social tidak sampai lima. Karena saya tipe-tipe orang yang suka japri alias jalur pribadi. Eh tergantung grupnya sih, kadang saya jadi pemeran utama kadang saya jadi pemeran figuran yang cuman baca aja enggak respon apa-apa. Dan bagaimana kalian menyapa orang yang sibuk? Chat enggak dibales, telfon enggak diangkat, ditemuin enggak bisa-bisa, diemail enggak nyaut. Jawabannya adalah, ditungguin di depan pintu dengan wajah bête dan konyol. Aha, ini dua kali terjadi dalam hidup saya. Hahahahaha…. Oh ya, bagi kalian yang berkaca mata alias bermata minus, mungkin pernah mengalami ini. Pernah terjadi kesalahpahaman atas hal sapa menyapa. Ada seseorang di seberang sana memanggil bahkan melambaikan tangan ke saya. Saya tidak memakai kacamata dan saya tidak yakin dia sedang berisyarat kepada saya karena saya tidak mengenal dia. Saya pun berlalu. Untuk kemudian dipertemukan lagi dalam keadaan dekat. “ Eh kemarin kamu itu tak panggil enggak ngreken” dia mengatakan dengan nada biasa-biasa saja yang saya kira dia bakal sebel “Oh iya ta, kapan?” dan dia menjawab “Kapanane, aku inget kamu enggak pakai kacamata, oh yasudah”. Dan hal-hal semacam itu pernah diceritakan kepada saya oleh para tetangga. Malah ada yang sampai dikira sombong enggak mau ngreken. Cerita lain lagi, ketika saya menggerakkan bibir saya karena habis makan, mungkin ada sedikit yang nyelip atau bagaimana, yang bikin pipi ini terangkat dan kebetulan ada orang yang enggak saya kenal tiba-tiba senyum ke saya. Loh. Kenapa? Hal semacam ini sering terjadi. Tapi bukan selalu ada makanan nyelip, kadang ya mingkem-mingkem gak jelas (kayak anak alay pas senyum itu loh) terus direspon kayak orang sedang tersenyum. Dan kadang kita sudah senyum asli, eh enggak dibales ding. Enggak direken. Jleb. Sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyapa oranglain. Banyak sekali. Membuat orang lain diingat namanya. Jadi, cara ini juga ampuh untuk membuat kontak di BBM aktif. Bukan sekedar ada dan terlupa. Atau bisa menghapus kontak mati (pas dicoba chat, silang). Baik, cukup sudah postingan mengenai sapa menyapa hari ini . Semoga postingan selanjutnya tidak lama lagi akan tayang. Haha.. Saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya meluangkan nafas dan waktu untuk membaca tulisan saya yang butuh dan butuh sekali koreksi. Bolehlah dikritik asal tidak menggelitik melalui email yang ada di blog ini. Bye. Love yuh.
0 Comments
Ketulusan itu keikhlasan memberi tanpa berharap kembali. Seperti cinta orangtua kita, tanpa syarat. Ketulusan itu tidak berarti harus dihubung-hubungkan dengan keinginan untuk memiliki. Tetapi, keseriusan diri untuk membagi kasih yang kita punya. Susah dan senang yang kita lalui bersama ini adalah sebuah cerita. Ada atau tidak ada salah satunya, kita tetap sampai pada masa ini. Syukurilah kehadiran siapapun yang pernah dekat denganmu. Tanda cinta di antara kita adalah sebuah kehadiran. Sesusah apapun, jika ada cinta di dalamnya pasti mengutamakan hadir. Seseorang tidak akan mengetahui kesulitan yang ditempuhnya demi hadir di depan matanya. Yang ada, tahu-tahu kita hadir.
Tetapi, jika kita hanya sebatas tahu tanpa bisa mengerti / memahami, itu semua akan terlewati begitu saja. Aku tidak bisa menjadi kamu, dan kamu tidak bisa menjadi aku. Kamu tetaplah kamu yang begitu. Begitu sebaliknya. Rasa yang timbul akibat ketidaksengajaan, itu bukanlah sebuah keinginan yang disetujui. Kebiasaan yang membentuk kita. Untuk memahami seseorang, membutuhkan waktu yang tidak cepat. Kadangkala saat kita mencoba untuk mengenalinya, ia pergi atau menghilang. Itu yang menjadikan kita failed dalam membentuk sebuah pertemanan atau hubungan apalah. Mereka pergi tanpa ada kabar misalnya. Dengan ketidaktahuan sebab dan kenapa dia pergi. Ada yang dapat dijangkau dan ada yang cuma sepintas lalu. Segala sesuatu yang tidak kita ketahui atau sangat diketahui, pasti memiliki alasan. Cobalah jujurlah kepada keheningan. Ada apa sebenarnya. Ada apa sebenarnya. Dalam keheningan, kita mulai berlaku jujur. Jujur terhadap diri sendiri. Melupakan kebiasaan menyangkal, menolak atau melawan. Aku juga belajar #sejenakhening untuk mencoba jujur kepada diri sendiri. Ikhlas menerima, bahwa diri berlaku keliru. Katakan saja, katakan saja. Karena dengan tidak kita sadari, keributan membuat kita menyangkal, membuat kita gampang marah, atau cemburu. Maka, jika hati kita tentram kedamaian itu akan datang. Kebahagiaan itu berasal dari diri sendiri. Dari yang ada di dalam dulu. Dikatakan, atau tidak dikatakan yang penting jujurlah. Keheningan akan mengantarkanmu ke kesadaran yang sesadar-sadarnya. Duduklah, nikmati secangkir teh atau kopi hangat tapi jangan terlalu manis. Sejujurnya, setiap hati pasti memiliki sejuta peristiwa menarik masing-masing yang tersimpan di dalam hatinya paling dalam. Dikatakan atau tidak dikatakan. Hati orang siapa yang tahu. |
|