Halo guys, kali ini saya akan menceritakan perjalanan saya setahun lalu (yay, setahun yang lalu) pergi ke Omah Kayu / Paralayang, Malang. Kali ini saya sangat telat sekali menyempatkan diri untuk menuliskan perjalanan kami menuju ke sana. Tapi tidak papa, selagi penulisnya tidak lupa tidak masalah ya hahaha! Tepat pada bulan Juli 2016 setelah pulang dari desa, sekitar jam 7 pagi saya sampai di Surabaya. Saya menerima pesan singkat dari teman saya yang mengajak saya untuk pergi ke suatu tempat tetapi ia tidak tahu harus pergi ke mana. Saya pun menawarkan ke Omah Kayu Malang karena pikir saya bakal bagus buat duduk-duduk, secara kan di sana dingin (ini adalah ekspektasi dari media sosial). Baru istirahat sebentar doang, sejam kemudian dia nyusul dengan motor maticnya. Saya sih enggak ngerti bagaimana kami bisa sampai di sana dalam sehari. Jalan saja tidak tahu. Tapi teman saya yang satu ini koboi banget deh, "kita pakai panduan google maps saja beres". Okelah saya nurut saja yang penting jalan saja. Saat di jalan.. Entah kekuatan yang dihasilkan dari google maps atau teman saya ini emang pura-pura enggak ngerti jalan selama sekitar 2 jam perjalanan dia lempeng saja nyetir tanpa salah jalan. Bla..bla..bla...... akhirnya kita sampai di Cangar. Saya pernah melewati jalan ini namun menggunakan mobil jadi tidak terasa pengorbanan nyetir naik turun belok muter dan lain-lain. Dan sebenarnya, untuk melewati jalan ini tidak harusnya menggunakan motor matic biasa karena akan kesulitan ketika naik tanjakan. Seingat saya ada belokan yang miring bangeeeetttt dan motor digas kenceng pun agak berat, di situ saya beneran ingin jalan kaki saja. Tetapi teman saya terus ngeyel dengan semangat yang tidak pernah patah ia terus ngegassss sampai terlampaui sudah jalan miring itu. Dan lagi, jalanan Cangar ini memang panjaaang banget, kita pun menemukan tanjakan lagi. Dan kali ini kami pun sempat nyungsep karena entahlah hahahaha... nyungsep di pohon sampai ada dua polisi datang bilangin kita "Mbak, udah turun aja deh!!!". Sampai sekarang kalau ingat kejadian itu saya tidak berhenti tertawa. Saat Pak Polisi sudah pergi, kami pun tetap melanjutkan perjalanan. Ternyata, mengikuti jejak google maps tidak selalu berjalan mulus. Kita pun kesasar kurang lebih 15 kilometer dari jalan yang seharusnya. Gusarlah sudah. Tapi setidaknya mata kita dimanjakan dengan pemandangan alam tanpa polusi serta hawa dingin yang tidak membuat kita kegerahan. Setelah tiba di sana... Kami membayar biaya kunjungan sebesar 10.000 non parkir dan makan haha. Dan ternyata di sana ramai sekali, ya, rame banget. Omah Kayu yang berekspektasi bisa buat duduk-duduk hanyalah imajinasi semata. Di sana ribut banget antri buat foto sama pacar masing-masing..hhh.... alhasil kami pun mencari spot lain. Ternyata di sini penuh manusia. Karena begitu ramai, dan kita sepertinya salah cari waktu buat ke sini akhirnya kami menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk di sana, kemudian kami memutuskan untuk hengkang . Eh nggak seru yaa.. Selama di perjalanan, kami mendapatkan view bagus karena matahari hendak menenggelamkan diri di balik bukit . Beberapa, kami mengambil gambar namun waktu itu menggunakan ponsel teman saya, jadi entah masih ia simpan atau tidak. Jalanan sudah mulai gelap, kami pun harus melewati jalanan Cangar yang kian menurun hingga rem motor matic habis. Sama sekali tidak bisa buat ngerem. Dengan kekuatan rem manual kaki yang agak maksa bangeeet akhirnya kami bisa minggir dan alhamdulilah ada bapak-bapak berseragam orens yang kebetulan memang sedang berjaga di sana membantu kami. Tidak hanya kami, banyak yang tertimpa kejadian serupa namun dari mereka menggunakan motor bebek biasa. Sekitar 45 menit kami harus diam di sana dengan cahaya yang sangat minim. Tapi, untung saja teman saya yang satu ini tidak ceriwis. Bingung ya bingung cuman woles aja, jadi nular ahahahah !!!! maaf, lagi labil. Ok, sampai segitu saja cerita dari saya. Meski enggak begitu seru, saya ucapkan terima kasih sudah mau-maunya baca blog saya. 10:45 AM 7/26/2017
0 Comments
|
|