Jadi postingan ini masih berlanjut ya gaes karena kayaknya keresahanku masih belum tuntas. It’s okay to not be okay barangkali erat kaitannya sama validasi oranglain. Kalau kita tidak membutuhkan validasi oranglain, kita lebih gampang buat happy, enggak peduli apa kata orang, enggak membanding-bandingkan, ngalir aja gitu apapun yang terjadi. Karena sebenarnya enggak ada yang bakal peduliin kita sampai seakar-akarnya, mau kita jungkir balik ngupayain sesuatu nggak ada yang peduli. Yang mereka lakukan adalah menekan kita dan menanyakan kita kapan begini-begini. Mereka menekan kita agar seperti yang seharusnya mereka mau , kalian pasti pernah ngalamin lah ditanyain bahkan dinyiyirin tetangga atau siapa gitu “Eh kamu udah lulus Sarjana Manajemen tapi lah kok kerjanya jadi Resepsionis?” atau “Eh kamu cakep pinter berpendidikan tinggi lah ngapain mau sama si Karjo yang cuma lulusan SMA?”. Hal-hal seperti itu sebenernya enggak perlu dipikirin atau dimasukan ke dalam hati kalau memang kita BISA BANGET ENGGAK BAPER, LOGIS atau SADAR kalau nggak papa buat nggak sesuai dengan yang mereka mau. Justru kita yang punya kendali besar buat hidup kita sendiri. Terkadang kita feeling guilty atau ngerasa bersalah ketika enggak bisa kontrol reaksi kita terhadap apa yang tidak bisa kita kendalikan seperti tekanan dari oranglain. Proyeksi kesalahan berasal dari rendahnya dalam menghargai diri sendiri makanya di post sebelumnya aku tulis coba kontak teman-teman terdekat kamu buat nanyain apa keberuntungan yang kamu miliki supaya bisa membangkitkan self esteem kita. Kita juga nggak bisa kendalikan kemauan oranglain atas diri kita, yaudah kalau memang tidak sesuai atau tidak patut didengarkan yaudah biarkan saja. Yang paling penting adalah how we do. Sekeras apapun oranglain menyatakan ketidakmampuan kita terhadap keinginannya, kalau kitanya enggak merasa itu benar ya nggak papa. Nggak apa-apa buat merasa insecure, nggak apa-apa buat merasa terlambat, nggak apa-apa buat merasa kekurangan. Nggak ada salahnya menyadari kekurangan kita saat ini, mindful, hidup bukan perlombaan yang paling cepat/ paling kaya akan jadi paling merdeka lahir dan batin. Enggak begitu juga kan? Moga aja keresahannya sampai sini saja atau bisa jadi akan ada part 3-nya. Sekali lagi, it’s okay to not be okay. Tapi tetap tidak berhenti berupaya apapun hasilnya.
0 Comments
Buat kamu yang jobless karena dampak pandemi, moga postingan ini cocok sama kamu. 😊
Kurang 25 hari lagi kita akan berganti tahun sedangkan COVID-19 masih belum sirna. Tahun 2020 pun memberikan kesan yang begitu mendalam. Dari kehilangan anggota kerabat/teman yang terkena virus, kehilangan pekerjaan karena harus di-PHK, usaha sepi dan lain-lain. Kehilangan pekerjaan menjadi fokus utama dalam postinganku kali ini. Sudah lebih dari 8 bulan semenjak virus ini masuk ke Indonesia banyak sekali teman-teman yang terkena PHK dari tempat kerjanya, atau ada yang cuma mengalami pengurangan jam kerja demi menekan pengeluaran Perusahaan. Tapi juga ada yang masih kerja dan beruntungnya meski adanya pandemi tidak mempengaruhi pendapatan mereka atau setidaknya keuangan masih dapat dikendalikan. Pada dasarnya mencari kerja itu sulit kecuali ada orang dalam yang bersedia membantu. Nah saat pandemi seperti ini lebih sulit lagi. Jangankan memilih yang sesuai passion, diterima kerja dengan gaji seadanya udah sangat beruntung. Meskipun ratusan lowongan di platform pencari kerja online atau di media sosial lainnya masih tersedia namun kesaringnya agak susah karena banyaknya pesaing. Jadi kalau kamu mau dapat panggilan interviu harus rajin banget apply kerja baik online maupun offline. Jangan mengharapkan kebejoan akan selalu datang (kayak apply 1-2 lowongan udah itu aja nanti bakal kepanggil), tetep aja apply sebanyak-banyaknya. Nah, balik ke judul utama. It’s Okay to not be Okay yang artinya nggak apa-apa kalau nggak apa-apa alias nggak oke. Ini kasusnya kita pengangguran nih kurang lebih 5 bulan semenjak di-PHK. Kita udah apply dan menjalani serangkaian interviu tapi enggak ada yang sesuai. Atau bahkan sama sekali nggak ada panggilan kerja. Sedangkan duit kalian udah nipis kayak jeruk pasti kalian akan mulai “mempertanyakan kualitas diri”. Perlahan buka sosial media melihat teman-teman nampak asyik bercanda dengan teman kerjanya, atau teman kalian yang buka usaha baru, atau teman kalian yang terlihat bahagia travelling ke sana ke mari. Sudah menganggur, penghasilan enggak ada lihat begituan (media sosial tadi ya). Pasti kalian bakal mempertanyakan kualitas diri kalian dan merasa useless. Bawaannya murung, enggak selera makan atau buka mata di pagi hari rasanya males banget. Kayak pertanyaan “kenapa gua hidup di dunia ini?, “sebenernya kenapa gue enggak keterima kerja?”, “kenapa hidup gue harus berbeda?”, “kenapa gue harus di-PHK?” dan pertanyaan serupa lainnya. Belum lagi ada pertanyaan bertubi-tubi dari orang-orang yang menanyakan “Kerja di mana lu?”, “Sarjana kok nganggur?”, “Udah nikah aja sana!” wkwk. Rasanya campur-campur, antara lucu dan gimana ya? Mau marah itu ya kok lucu aja. Di sini mental kita benar-benar diuji. Hal-hal tersebut bikin pusing dan cemas bahkan khawatir berlebihan. Gimana kalau sampai nanti aku begini-begini aja enggak dapat kerjaan, mau bayar kos-an pakai apa, mau bayar ini pakai apa blablabla… Saran dariku untuk membereskan pikiran kacau tersebut adalah dengan latihan mindful. Tapi yang pertama mesti punya niat yang serius buat menenangkan diri. Yang namanya membereskan itu menata kembali sesuatu ke tempat semula, sebisa mungkin jangan sampai berceceran. Dengan Latihan mindful, kita bisa tahu secara jelas melihat masalahnya. Enggak dapat pekerjaan saat pandemi sebetulnya enggak 100% salah pandeminya, mungkin saja kita yang terlalu pilih-pilih pekerjaan, enggak cocok sama gajinya, atau emang kurang berusaha. Jangan menaruh pikiran bahwa kita enggak berharga karena tidak diterima di suatu Perusahaan. Barangkali kualifikasi yang dibutuhkan tidak sesuai dengan karakter kita. Solusinya ya cari lagi. Jadi aku bikin listnya untuk latihan mindful :
Coba untuk perbaiki ibadahnya, perbanyak sedekah dan berdoa kepada Tuhan. Insya Allah akan diberi petunjuk. Katakanlah pada dirimu bahwa it’s okay to not be okay. Enggak papa, gwenchanaeyo.. tetap berusaha, tetap tenang dan mensyukuri apa yang kita punya. All is well~ |
|