Sekali kau sebut ia, cinta tak akan pernah sampai.
Dia tidak mencintaimu. Mimpi dan imajinasi setiap waktu,setiap malam dan setiap kamu menginginkannya, tidak ada sangkut pautnya dengan realitas di hadapanmu sekarang. Sekali lagi, pulanglah. Kembali ke meja makanmu. Tempat di mana kamu melamun. Ganti kebiasaan menyeduh teh lemon hangat dengan air biasa. Buang lamunan dengan mengganti bunga anggrek loyo yang pemiliknya sendiri lupa kapan terakhir bunga itu dipasang atau jangan pasang vas bunga di sana. Pernahkah engkau coba menerka apa yang tersembunyi di sudut hati? Derita di mata, derita dalam jiwa kenapa tak engkau pedulikan?
Sepasang kepodang terbang melambung. Menukik bawa seberkas pelangi. Gelora cinta, gelora dalam dada,kenapa tak pernah engkau hiraukan? Selama musim belum bergulir, masih ada waktu untuk saling membuka diri sejauh batas pengertian . Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun. Kasih pun deras mengalir, cemerlang sebening embun Pernahkah engkau coba membaca sorot mata dalam menyimpan rindu? Sejuta impian, sejuta harapan kenapakah mesti engkau abaikan? Selama musim belum bergulir . Ps : Coba download lagunya, yang memang nggak suka jangan download-download sendiri terus merasa tak paksa haha XD, bercanda.... Coba engkau katakan padaku..
apa yang seharusnya aku lakukan bila larut tiba wajahmu terbayang Kerinduan ini semakin dalam Gemuruh ombak di pantai Kuta Sejuk, lembut angin di bukit Kintamani Gadis-gadis kecil menjajakan cincin tak mampu mengusir kau yang manis Bila saja kau ada di sampingku, sama-sama arungi danau biru Bila malam mata enggan terpejam Berbincang tentang bulan merah ho... Coba engkau dengar lagu ini Aku yang tertidur dan tengah bermimpi Langit-langit kamar jadi penuh gambar wajahmu yang bening, sejuk, segar Kapan lagi kita akan bertemu meski hanya sekilas kau tersenyum? Kapan lagi kita nyanyi bersama? Tatapanmu membasuh luka Ps : Aku sering duet lagu lama ini bersama Ce Ivonne, ahh aku ini... Kusapa, meminta izin untuk membalas senyum. Tidak biasa, juga tidak luar biasa. Kamu tidak perlu berpikir begitu dalam untuk menelaah tulisanku, karena kau tahu? Aku suka membingungkan. Aku mengenal diriku, sebagaimana aku bisa menganalisa tingkah lakumu kala kau tidak bisa membedakan mana cinta mana benci. Haha.. Jangan serius. Aku tidak sekaku itu dan tidak sebercanda itu. Kalau ketemu aku, bolehlah dilempar sekarung semen. Dan kamu akan kubalas dengan sekarung kapas. Dan kamu akan masuk iklan kapas kecantikan yeah… (Opo-opoan arek iki, lak mesti nggak nyambung -_-)
Siang itu, aku bertanya kepada pohon di depanku, rumpi sedikit dengan angin sepoi-sepoi, hidup ini kadang tidak adil jika kita tidak bersyukur, padahal Tuhan kan maha adil, ia memberikan kelebihan dan kekurangan secara adil pada hambanya, hanya kitanya saja yang kurang menyadari, terus merasa kurang, lalu kapan kita bisa sampai akhirnya berucap terima kasih telah diberi kekuatan, kesehatan dan masih diberi kesempatan untuk hidup. Kadang hati saya masih belum begitu tenang ketika saya tahu sesuatu melenceng dari kebenarannya atau tidak sesuai dengan ekspektasinya. Apakah kalian juga demikian? Mungkin dengan versi kalian masing-masing. Hidup ini nampak indah ketika kita mencoba belajar mengerti, mencoba menghargai kehadiran sesama, tidak memandang itu gula atau kopi (hehehe…), memandang setiap orang penuh kasih bahkan memaafkan sesuatu dengan tidak diungkapkan (bukan memaklumi, tapi memaafkan yang gimana ya… bingung nulisnya), seterusnya dan seterusnya sampai hati kita betul-betul merasa damai. Kita ini setiap hari bertambah tua. Teman kita, saudara kita dan orang tua kita. Kita tak selamanya muda. So perhatikan apa yang telah kita dapatkan selama bertahun-tahun ini, apakah kita menjadi orang yang berkembang setiap harinya? Apakah kita sudah mulai paham akan pentingnya waktu? Kita saling mengingatkan saja, toh saya nulis begini masih belajar juga hehehehe…. Terutama belajar sabar, mau muda ataupun sudah tua, sabar adalah sikap yang paling sulit dibiasakan. Ampun deh kalau sudah uring-uringan, bawaanya baper terus. Heheh… Kalian ketawa-ketiwi nggak baca tulisanku ini? Kalau iya, terima kasih banyak… Besok saya traktir bakso dah! Kalau tidak, ya tidak apa terima kasih atas perhatiannya. Ndang tidur sana! Pesanku menunggumu di dalam mimpi. Ps : Sebenarnya, mulanya ini mau bikin satu paragraf. Lah kok… Jika benci membuatmu cukup untuk tetap berada di sisi, bilamana dengan cinta? Tentang dunia, yang isinya hanya pekara asmara. Termasuk salah satu yang tidak bisa kita hadirkan kembali, yaitu tentang cinta yang telah lama bersembunyi di sudut mata kita berdua. Entah bagaimana cara agarku dapat temui dirimu, seperti dulu kala.
Untuk dapat menulis dengan lancar, setiap orang memiliki alasan-alasan uniknya masing-masing. Seperti saya, orangnya memang agak melankolis, romantis, kritis dan puitis abis (Hahaha… cukup melankolis saja, karena setelahnya itu hanya bisa-bisanya saya saja untuk mendapatkan akhiran is..is) jadi ketika sudah pada waktu yang pas, amunisi cukup tinggi, gempur deh nulisnya. Tetapi, kalau gak pas kareppe, jangan harap nulis apa-apa (kecuali nulis tagihan utang).
Saya itu sensitif sekali, bahkan orang bohong pun sebenernya tahu. Gimana bentuknya? Ya kayak gitulah.. Haha lucu deh ngelihat ekspresi orang bohong. Pemicu untuk dapat menulis lancar adalah :
Baiklah, akan kuselesaikan juga tulisan ini walau sebetulnya hatiku masih resah. Hahahahahahhaha… Bye! 4 Februari 2016 – 21.56 Saat introvert mencintai seseorang, ia tidak perlu melebihkan apa yang seharusnya tampil di permukaan. Bahkan bisa dikatakan harus disembunyikan, sebagaimana introvert bekerja. Tidak ada yang perlu dijelaskan secara mendetil mengenai ini karena introvert tahu betul bagaimana kebenaran dan kesalahan berlaku.
Tidak semua yang tidak dikatakan, tidak nampak adalah kenyataan paling benar. Komunikasi dengan introvert begitu sulit karena mayoritas apa yang terkandung pada introvert adalah persembunyian. Ada batasan-batasan yang sangat ia jaga, diberi garis police line kalau perlu. Dan memilih diam dan tidak melakukan apa-apa. Sesama introvert (ciatt… kayak mau telfon ke sesama operator telfon sajoh) cenderung lebih bisa peka ketimbang dengan orang yang extrovert. Karena introvert suka baper, sedang extrovert tidak begitu. Ini merupakan pengamatan saya juga sih karena orang extrovert memang lebih simple dalam berkomunikasi tetapi tidak begitu tajam dengan perasaan orang lain. Introvert memang suka berbelit (karena introvert suka berenang dalam pemikirannya sendiri, berenangnya pakai bebek) tetapi suka menyalahkan orang lain sehingga ada hambatan dalam berkomunikasi. Tetapi introvert suka merenungi dirinya dalam-dalam, seperti menyadari kesalahannya tanpa perlu dibagikan kepada siapapun (dibagi maksudnya dicurhatkan). Sekali pun ia merasa bersalah, ia tidak akan memperlihatkannya kepada siapapun karena terlihat baik-baik saja di luar menjadi kewajiban yang pantas ditampilkan, siapapun tidak boleh melihat apa yang sebenarnya dirasakannya. Tampilan itu menipu, begitu kata orang mengenai introvert. Dan kadang introvert juga sering tertipu oleh sesamanya karena berpikiran sama. Dunia ini sempit jika manusia dikategorikan menurut extro atau intro. Banyak hal yang berpengaruh selain keduanya, seperti golongan darah, kondisi psikis, lingkungan sekitar, didikan orang tua dan latar belakang pendidikan. Ketika kita banyak mengamati sekitar, siapapun, apapun, semakin banyak yang bisa kita tuliskan. Bye! 4 Februari 2016 – 21.24 |
|