"Trust Issue" benar-benar membuat kita jadi rentan overthinking. Rasa tidak percaya atau waspada tidak mesti dikategorikan langsung sebagai "Trust Issue", bisa saja hal ini normal terjadi kepada siapa saja. Namun, jika hal ini menjadi sering hingga menjadi suatu kebiasaan dan sampai menghambat sesuatu bisa jadi dikategorikan sebagai "Trust Issue". "Trust Issue" bisa diartikan keadaan dimana seseorang sulit percaya terhadap orang lain bahkan bisa berlebihan. Hal ini bisa terjadi karena pengalaman buruk di masa lalu, masa kecil atau peristiwa yang baru saja sangat melukai. Bahkan ketika seseorang yang awalnya kita kenal, dekat dengan kita, yang kita pikir ia tak mungkin melakukan hal negatif kepada kita melukai kita secara tidak terduga maka rusak sudah rasa percaya kepada orang itu. Seseorang yang kita harapkan baik-baik saja secara tiba-tiba berbuat yang tidak kita suka. Hal ini bisa jadi kekhawatiran untuk menjalin hubungan pertemanan -bahkan ke semua orang- yang dilandasi rasa percaya. Hal itu terjadi karena kita tak ingin kisah pelik akan terulang. Prasangka Buruk dan Curiga Alih-alih sebagai sikap defensif agar tidak terlukai untuk kesekian kalinya, berpikir paling buruk terhadap seseorang adalah hal yang kerap dilakukan. Hal ini terjadi karena takut untuk dilukai lagi (trauma) meski bukan dengan orang yang sama. Mungkin saja dulu pernah berharapan baik terhadap seseorang, namun akhirnya malah sebaliknya. Sikap defensif ini tidak untuk menghilangkan kekecewaan atau rasa terluka, namun KESIAPAN untuk merasa tidak enak, kecewa atau terlukai sehingga jika sudah terbiasa, maka rasa sakitnya tidak begitu terasa. Sulit Menerima Orang lain dan Memberi Batasan Seseorang yang mengidap "Trust Issue", pada umumnya kenceng banget membuat batasan-batasan. Bahkan sama teman dekat sekalipun. Karena ya itu tadi, semua orang berpotensi melukai. Dapat dikatakan, memiliki hubungan dengan orang lain tidak dilandaskan atas dasar percaya, cenderung tidak mendalam. Ketika melakukan percakapan yang deep dengan seseorang, kita merasa nyaman karena ia juga merespon dengan baik apa yang kita ceritakan, namun seseorang yang memiliki "Trust Issue" selalu punya rem sekalipun pembicaraan ini terkesan aman, nyaman dan asyik, karena jika tidak akan kelolosan lagi. Dari pengalaman pribadi, jika aku terlalu banyak memberikan informasi (menanggapi percakapan) maka akan menyesal kemudian. Kenapa menyesal? karena sebenarnya "Trust Issue" dalam diriku mendenial hal tersebut, bisa saja orang itu malah melukai kita di kemudian hari. Entah tapi ini yang selalu terjadi. Seperti merasa digali. Nah ini perlunya rem. Apakah kalian juga mengalaminya? Beberapa hal yang menjadi penyebab "Trust Issue" : 1. Pengalaman masa lalu / masa kecil 2. Kejadian menyedihkan yang tidak disangka 3. Soal asmara (pengkhianatan) 4. Sering salah dalam berekspektasi/menilai orang lain Semua yang kutulis di atas adalah sebagian besar "Trust Issue" yang aku alami dan pahami. Mungkin juga bisa berbeda dengan orang lain. Salah satu cara untuk mengobati "Trust Issue" ini adalah dengan berdamai dengan diri sendiri. Kedengarannya sederhana, namun sangat sulit untuk dilakukan. Karena hakikatnya, semua manusia pernah mengecewakan, dikecewakan, menyakiti, disakiti, mengkhianati dan dikhianati. Jika kita belajar memaafkan orang lain, itu sama dengan upaya untuk berdamai dengan diri sendiri. Jika kamu memiliki pengalaman yang sama, yuk share cerita kamu di kolom komentar :)
0 Comments
Pernahkah kau sesekali membuat drama dalam pikiranmu akan kejadian-kejadian yang sungguh engkau inginkan? Saat realita dalam hidupmu tak sedikitpun memberi pertanda semenyenangkan itu. Merangkai setiap kejadian sedetail apapun. Seperti halnya basah hujan mengguyur seluruh tubuhmu ketika kau pulang bekerja dan kau disambut oleh seseorang dengan sikap yang lembut dan perhatiannya bak api unggun yang menghangatkan kulitmu yang basah. Kau semakin terlelap dalam bayang-bayang. Saat itu hanya kau yang berhak menentukan alur cerita yang lainnya, sesukanya. Kau membayangkan dicintai oleh seseorang yang tepat dan hampir tak pernah membuatmu kecewa. Ia yang selalu menatapmu, menanyai kabarmu serta menghiburmu sebisanya, seseorang yang tidak akan melukaimu karena rasa sayang yang tak terbilang. Meski sesekali kau sadar, bagaimana bisa ada seseorang seperti itu yang mau-maunya bersedia melakukan itu semua untukmu. Hanya tragis yang tersisa. Pernah kau hanyut dalam lagu yang terdengar di sebuah kafe kopi. Dengan mengaduk-aduk foam kopimu menjadi tak berbentuk, tiba-tiba seseorang mengambil gambarmu tanpa kau minta, memesan semangkuk kentang goreng untuk dijadikan santapan ringan teman berbincang. Kalian membicarakan tentang masa depan kalian, membangun rumah kecil untuk kalian tinggali nanti, duduk di pantai menyaksikan matahari terbenam.
Tak hanya kisah indah, kau pun membangkitkan kisah sebaliknya. Pertikaian kecil yang disebabkan kesalahpahaman menjadi bumbu drama yang kau ciptakan. Kalian saling berdiam diri, berhenti berkomunikasi, tidak bertemu berhari-hari hingga kau mendapatinya datang ke rumahmu membawa wajah teduh lalu meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi. Ia menjelaskan dengan sabar, sepenuh hati menjaga kata-katanya agar tak melukaimu. Perdamaian pun dimulai saat ia meminta maaf dengan mengecup keningmu. Suara hujan di luar sana tampak sangat berisik, kau pun tersadar bahwa hanya tersisa sepi di sisi kanan dan kirimu. Untuk kesekian kali, kau paham bahwa itu semua hanya ketidakmungkinan yang terus kau nikmati. Kau ingin memusnahkan dunia drama itu, namun semakin berusaha menghilangkan semakin kamu didera rindu. Kau kembali dan mengulanginya lagi. Pada akhirnya, kau harus berdamai dengan rasa pahit. |
|