Halo, rasanya sudah lama aku tidak memosting blog ini karena harus menjalani serangkaian kegiatan di semester tua. Betapa waktu cepat berlalu dan betapa banyak hal yang aku rasakan. Sekitar awal tahun 2018 , aku merasa bahwa semester delapan ini pasti akan susah, apalagi menjadi mahasiswa pengangguran kayak eyke. Aku pernah kepikiran bahwa nanti kalau sudah melewati semua ini, aku bakalan tulis semua kisah yang pernah aku laluin. Dan sekarang… hal itu sudah terjadi. Sekarang aku sudah berada pada momen di mana aku sudah lewatin itu semua. Huah.. nafas lega. Dikit.. Aku mengambil skripsi dan KKN secara bebarengan pada semester tujuh (2017). Pikirku diambil bareng saja biar cepat selesai. P-I-K-I-R-K-U. Tapi realitanya, skripsi tidak aku kerjakan dengan baik karena harus membagi dengan serangkaian kegiatan KKN yang tiap hari mesti didiskusikan. Entah pada grup WA atau tatap muka. Jadi, gagal sudah keinginanku untuk menuntaskan semuanya. Selesai KKN aku pikir bebanku akan berkurang. Tapi ternyata tambah naik ke tingkat stress yang lebih tinggi. Aku mulai merasa tersesat dalam pengerjaan skripsiku. Aku merasa bingung dan tak tahu arah jalan pulang. Blablabla.. aku pun akhirnya gila. Weh? Akhirnya aku putuskan mengganti judulku. Bukan hanya judul, tapi beserta alur berpikirnya. Wah, otakku berasa dikuras karena aku harus mikir yang bener-bener runtut dan memahami betul penelitian yang aku bawakan. Aku berterimakasih sekali kepada tim B-Squad atas masukan-masukannya. Kepada dosen-dosen pembimbing yang baik hati dan sabar sekali. Dan untuk judul yang baru, aku masih menaruh keraguan (agak skeptis). Dalam hati ada perasaan “udah, kerjakan dulu. Pesimisnya jangan diduluin”. Dan hati berusaha untuk tenang. Ya, sedang diusahakan. Pada saat menjalani proses bimbingan, aku selalu merasa deg deg ser . Ada perasaan takut salah lah, takut pas ditanyain gak bisa jawab lah. Kalau aku mending berusaha menjawab meski dirasa kurang tepat. Dan Alhamdulillah dosen mesti meluruskan (bukan menyalahkan) kadang aku mesti mencerna bolak-balik kata tiap katanya. Pada proses ini kita harus introspeksi kalau sampai terbesit mau nyalahin dosen yang bikin kita kerja ekstra. Revisi banyak, oh tentu saja. Sudah direvisi, eh direvisi lagi. Sudah direvisi lagi, eh disuruh nambain. Setelah ditambain, eh ditambain lagi. Eh tunggu bentar, ini teorinya keliru ayo perbaikin lagi. Sudah diperbaikin, eh kurang ngena’ penjelasannya. Penjelasan sudah diperbaiki, eh ini ada typo. Akhirnyaaaaa ACC pada siang hari yang cukup panas di Kota Surabaya tanggal 25 Juli 2018. Ya ampun, ini bener-bener kayak ketiban duren pas dibelah isinya voucher makan gratis seumur hidup di restauran lho. Di jalan itu mringas-mringis sendiri. Kayak masih nggak percaya kalau sudah diACC sedangkan teman-teman kebanyakan sudah diACC sekitar seminggu yang lalu (-,-). Pada proses bimbingan, ada nilai yang tersirat (kecipratan dong haha) yakni pertama, kita dituntut detail jangan sampai ada kata yang salah ketik (typo), aturan spasi antar paragraf, cetak miring kata asing, runtutan kata demi kata apa nyambung dengan kata berikutnya, sumber dari mana, kalau bisa bersumber dari website yang kredibel dan lain sebagainya. Memang hal ini ribet bagi sebagian orang, tapi kalau sudah biasa akan terlihat mudah. Kedua, setiap kali revisi kita pasti menemukan kesalahan yang kita buat, terus dosen meluruskan, kita tinggal patuh aja jangan banyak komplain malah gak selesai. Apalagi sampai takut buat bimbingan lagi. Ketiga, kita mesti nerimo ketika kita nyodorin revisi tapi tetep salah tetep kurang ini itu. Itu menandakan kita dilatih buat gigih. Kerjain skripsi gak gigih gimana kalau kamu nanti punya pimpinan perusahaan yang perfeksionis? Piyee?? Kerja sendiri (entrepreneur) juga gitu, kalau tidak gigih ya gimana mau sukses?. Keempat, membiasakan untuk tidak malas walau hanya sekadar cari buku. Kalau sedang tidak punya uang, bisa cari di perpustakaan kampus atau umum, atau kalau masih tidak ada bisa cari di toko buku bekas. Atau bisa tanya teman , dan beli melalui toko online jika benar-benar sulit ditemukan dan memang niat loh ya. Terus kita yang biasanya gak suka baca buku serius tiba-tiba dipaksa baca sampai akhirnya terbiasa. Kelima, membiasakan diri untuk niat atau bersungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu, contohnya kalau kita ingin skripsi selesai cepat dan tepat, maka kita harus rajin bimbingan. Bersedia ke kampus setiap hari atau tidak dua hari sekali deh buat bimbingan. Tidak ada alasan untuk tidak bimbingan. Yang namanya niat itu meski badai menghadang tetap diterjang (eaaa…). Keenam, akrab dengan dosen bisa terjadi pada proses bimbingan. Mungkin saat mengajar di kelas, dosen tidak terlihat banyak senyum bahkan lucu, tetapi saat proses bimbingan bisa mengenal lebih dekat, ternyata orangnya tidak begini ya…. Apa yang di depan mata tak seperti yang kau kira haaa… Ketujuh, apa lagi ya? kalian boleh tambahin di kolom komentar. Setiap mahasiswa berbeda dalam memaknai momen perjuangannya. Mungkin aku agak berlebihan kali ya (haha) tapi aku merasa senang karena bisa buktiin kepada ‘keraguan-keraguan’ dalam diriku bahwa aku bisa selesai. Mondar-mandir ke sana dan ke mari terbayar sudah karena lega. Perasaan lega di sini bukan berarti sudah puas akan segala-galanya melainkan lega dengan perjuangan yang melelahkan seperti waktu tidur berkurang, tidur pun berasa dihantui jadi ada perasaan was-was dan juga lupa makan minum. Ini aku nggak kerja lho, gimana sama mereka yang kerja? Pastinya lebih hebat. Setelah skripsi sudah diACC apakah ada yang menegangkan lagi? Oh tentu ada. Karena ada kendala, aku maju sidang pukul 18 sore yang mana aku adalah mahasiswa paling akhir. Teman-teman sudah pergi meninggalkan kampus kecuali teman B-Squad yang masih menunggu di bawah. Saat aku menunggu dosen penguji datang, tepatnya masih menunggu di luar kelas rasanya perutku mules, entah kenapa kok waktunya kurang tepat sekali. Padahal dari pagi belum makan. Akhirnya ke toilet sebentar, dan pas kembali masih belum datang juga dosen pengujinya. Aku pun mencoba menenangkan diri. Akhirnya aku putuskan memakan pisang yang diberikan panitia. Namun pada saat masih mengunyah separuh, dosen penguji datang dan aku disuruh masuk ruangan. Kurang lebih 40-50 menit berlalu dan sidang selesai. Semuanya sudah terjadi begitu cepat. Oh God, sidang telah usai. T-E-L-A-H U-S-A-I. Dan setelah sidang biasanya anak-anak melakukan selebrasi dengan menambahi gelar di belakang namanya pada selempang atau foto bersama dengan atribut yang berkaitan. Padahal status masih revisian (mayoritas ada revisi). Selebrasi tersebut adalah tanda kelegaan mereka telah melewati semua ini. Aku merasa lega (untuk yang kedua kali) sidang sudah usai meski ada sedikit revisi. Meskipun gelar ‘sudah’ menempel pada nama, kita tidak boleh membatasi belajar sudah berhenti sampai di sini saja. Pola berpikir kita harus lebih tertata dari yang sebelumnya dan sudah memiliki tujuan yang jelas setelah ini mau apa. Kita juga harus bersyukur sudah bisa sekolah sampai sarjana. Di luar sana masih banyak orang yang menginginkan posisi kita tapi tidak bisa. Maka kita gunakan sebaik-baiknya ilmu dan pengalaman yang kita dapatkan selama menempuh perkuliahan. Setiap mahasiswa yang berhasil melewati proses yang menyulitkan ini juga memiliki ceritanya masing-masing. Sebelum menulis postingan ini, aku menyebarkan beberapa pertanyaan seputar pengalaman mengerjakan skripsi dan berikut adalah rangkuman jawaban-jawaban dari mereka : 1. Apa kesulitan kamu saat menjalani proses bimbingan?
2. Apa hal unik yang sebelumnya nggak pernah kamu lakukan ketika kamu overthinking dengan masa-masa meresahkan ini?
3. Apa hikmah yang kamu dapatkan setelah semua ini berlalu?
4. Apakah kamu cukup puas dengan pencapaianmu dari awal hingga saat ini?
Sudah cukup sekian postinganku mengenai perjuangan kami menyelesaikan semester 8 yang seru ini. Kalian boleh meninggalkan komentar di bawah jika ada yang ingin ditambahkan. Sampai bertemu di postingan berikutnya. Daa~~
0 Comments
|
|