10 tahun kemudian....
Dengan kehidupan yang berbeda, berubah dan tak sama. Ya, 10 tahun lagi, jika saya masih hidup dan instagram tetap ada. Surel ini masih bisa dibuka. 10 tahun yang lalu, April Justmine yang kini berusia 31 tahun sekian hari.. Pernah sampai membuat surel untuk seseorang pria tampan ❤❤ yang sekarang ia (1) bukan suami saya (2) suami saya (3) menghilang. Jika nomor satu, saya akan hapus surel ini, ini semua telah berlalu, lupakan dan jangan ingat rasa sakitnya. Jika nomor dua, saya akan tunjukkan kepadanya dengan terang-terangan tetapi tidak pakai sentolop/senter. Dan ketiga, saya akan tetap buat bahan untuk menulis, saya akan buat sebagaimana yang saya pingini meski nyatanya kabur,buram dan tidak jelas. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi 10 tahun lagi, apa yang tidak mungkin untuk sekarang belum tentu untuk besok. Manusia bisa berubah. Apalagi saya. Terkadang, saya serius menatap langit genteng menjelang tidur, membayangkan ada apa di 10 tahun ke depan. Rasa cemas itu bermunculan, dan menghilang karena kantuk. Bertemu di mimpi adalah sesuatu yang tak ingin kuselesaikan. 💖 Rangga, 14 tahun aku menunggumu 😂😂😂
0 Comments
Telah kubaca suratmu, sepekan lebih sehari setelah suratku terbaca. Teknologi sudah super canggih dan praktis, namun kita lebih memilih jasa pos untuk menyampaikan surat ini. "Ketika saya membaca tulisan tanganmu, sejauh apapun kamu, kamu nampak hadir di dekat saya." begitu ujarnya melalui telefon tiga hari yang lalu. Dalam surat itu, kau menjanjikan 12 hari lagi kembali. Kemudian temuiku setelah 86 hari 7 jam 40 menit sekian detik meninggalkan sisi. Surat balasan darinya merupakan tanda bahwa suratku terkonfirmasi. Aku menghubunginya setiap hari pukul 7 malam tanpa lupa.
Mungkin seperti yang banyak dikatakan teman-teman, memiliki long distance relationship itu menyedihkan. Dipisahkan ratusan bahkan ribuan kilometer. Butuh waktu yang tidak secepat merindu untuk dapat sampai di hadapanmu, dipelukmu apalagi. Ada lautan yang memisahkan. Aku tidak mungkin berjalan di atas air untuk menyeberangi lautan , mana mungkin. Aku butuh pesawat terbang. Sebetulnya aku ingin bertemu denganmu, berbicara tentang politik di negara kita. Ets bukan! Tentang puisi-puisi, atau sepotong coklat gratis. Apalagi menjabat kedua tanganmu dan menyertakan kalimat cinta manusia yang saling mencintai bertahun-tahun. Ya, bertahun-tahun. Seribu tahun. Barusan, ia bilang lebay. Ps: sebetulnya, tadi pagi sekitar jam 1 aku mikir-mikir apa yang mau ditulis tapi gagal semua. Nggak cocok, hingga pagi jam 6 aku bikin ini di office mobile. Ngoreksi sedikit di kampus. Hingga selesai sudah malam ini. Sepulang kuliah, istirahat sebentar sambil hapean dan dengarin lagu. Eh ngeputer lagunya Mbak Dee Lestari, Malaikat juga tahu yang emang enak bener, apalagi disambi minum es kelapa muda, wih seger amboy dah! Lagu ini pasti nggak asing di telinga kalian. Yang nggak tahu, silakan donlot deh. Suka tidaknya, tergantung orangnya juga sih. Menurut saya, lagunya menginspirasi sekali, apa karena ada buku-bukunya ya? Mendukung betul soalnya.
Super sekali memang Mbak Dee Lestari itu. Top markotop wes! Ini merupakan bagian dari novel berjudul "Sepotong senja untuk pacarku" oleh Seno Gumira Ajidarma. Yang saya jumpai di beranda facebook teman saya yang ngepost novel bagian ini. Dibaca-baca kok bagus, akhirnya ngepo browsing deh bukunya Seno Gumira Ajidarma.
Jika kalian berkunjung ke toko buku, covernya seperti bingkai amplop garis biru dan merah. Terbit tanggal 22 Februari 2016 lalu. Masih baru, kemungkinan besar masih tersedia di toko buku. Malam memuram, mata tidak bisa terpejam setelah terbangun pukul 23. Iseng buka facebook dan akhirnya menulis beginian sampai dini hari. Sebetulnya tulisan di atas saya potong beberapa paragraf karena kertas tidak cukup jadi satu halaman. Tulisannya besar-besar mungkin :D. Next, saya akan coba bikin surat cinta serupa. Tidak pakai nama, dan tidak sama. Bagaimana hasilnya? Ditunggu saja. Bye! |
|