Hari ini aku iseng baca-baca artikel mengenai “Toxic Job” di internet. Lebih tepatnya dari situs themuse.com yang judulnya 5 Clear Signs You're Stuck in a Toxic Job (and Don't Even Know It). Membaca artikel tersebut kok aku merasa pernah mengalami hal tersebut ya?. Jadi, nampaknya akan mengasyikan jika aku mulai menulis.
5 Clear Signs You're Stuck in a Toxic Job (and Don't Even Know It)
Pada poin pertama, kamu lebih memilih rekan kerjamu ketimbang teman-teman (mungkin teman saat sekolah atau lainnya) dan keluarga. Karena rekan kerja kita lebih mudah atur jadwal ketimbang teman yang enggak setempat kerja. Kalau sama rekan kerja, pulang kerja bisa langsung atur jadwal pergi nonton atau sekadar makan malam, tetapi untuk bertemu dengan teman yang lain, perlu mengatur waktu untuk bisa bertemu. Kalau dengan rekan kerja kita bisa melakukan obrolan seputar pekerjaan sehingga pembicaraannya nyambung bikin lebih enak nih keluar sama mereka ketimbang sama yang lain. Sesekali memang boleh lah ya, tapi aku mencoba untuk menyeimbangkan. Ketika aku pergi makan malam dengan rekan kerja, di lain hari aku mengajak keluarga atau teman SMA atau kuliah untuk makan malam di luar. Aku merasa aku mesti mengajak keluarga merasakan makan malam di luar bersama. Juga bertemu dengan teman-teman semasa sekolah merupakan hal yang menyenangkan bisa bertukar cerita serta tak lupa membicarakan memori masa sekolah dulu. Pada poin ke dua, kebahagiaanmu dalam pekerjaan, mendefiniskan kebahagianmu seutuhnya. Hm, baik ini adalah hal yang paling kental aku nikmati. Terus aku pikir-pikir, kenapa ya kok bisa begitu?. Memang menyenangkan gitu pas ada kerjaan yang njelimet terus digupui dan pas kerjaan udah selesai boss kamu kasih pujian, berasa dikasih nasi ayam geprek ketika lagi lapar-laparnya. Kemudian lain hari kamu mengalami kasus serupa dan hebatnya dapat nasi ayam geprek yang ada mozzarella-nya. Alah..alah malah kesenengen. Hal-hal semacam itu bikin ketagihan. Jadi kebiasaan bahkan sampai sekarang kalau kerja tidak sesuai deadline atau tidak sepenuh hati, maka yang terjadi adalah ketidakbahagiaan. Padahal sebetulnya nggak perlu sampai tidak bahagia, kan. Pada poin ke tiga disambung sama poin ke empat, nah ini nih bisa disebut overthinking gara-gara kerjaan sampai gak bisa tidur. Poin ke tiga dan ke empat digabung karena menurutku nyambung. Aku dulu sering gak bisa tidur malam atau tidur mesti di atas jam 12 malam -ini dalam konteks tidak sedang kerja tugas kuliah hingga larut. Alasannya saat itu aku lagi seneng-senengnya kerja, jadi gak sabar buat kerja besok dan alasan ke dua adalah ada beberapa tugas yang bikin kepikiran. Saat duduk di bangku kelas kuliah pun aku sempat bikin list kerjaan buat besok (aku kerja pagi, sore kuliah). Padahal kan mestinya aku mencurahkan perhatian ke mata kuliah yang ketemu cuma seminggu sekali. Entahlah, kenapa aku selalu memikirkan pekerjaan di luar pekerjaan. Kepikiran soal pekerjaan di luar jam kerja sih boleh boleh aja, tapi enggak perlu sampai sepenuhnya. Karena kita juga punya kehidupan yang lain. Pernah ingat, rekan kerja bikin status “24 jam tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan ini”. Wah, aku merasa dia juga terjebak oleh pikiran sendiri. Wkwkw ada temannya. Poin terakhir, kalau yang ini aku banget dah sampai detik ini. Dari pagi sampai sore meja adalah persinggahan istimewaku. Tapi kalau bosan atau memang tidak ada kerjaan karena udah selesai, aku kadang kulineran pakai jasa ojol, duduk bersandar di tembok musholla sambal main mahjong di jam istirahat. In my opinion, Toxic Job dalam poin-poin tersebut berasal dari individunya, bagaimana kita menyikapi hal-hal yang terjadi di dunia kerja. Kalau kita sadar kalau tubuh sudah berada di rumah, tidak perlu membawa pekerjaan dalam saluran pikir secara berlebihan sehingga tidur terganggu. Apa yang terjadi besok, biarkan terjadi besok. Tubuh dan hati perlu berhenti sejenak. Hati senang, tidur pun tenang. Ketika kita merasa pekerjaan ini memang benar-benar bikin stres, kita perlu rekreasi atau pergi merelaksasikan pikiran, atau berganti tempat kerja.
0 Comments
Libur lebaran sudah berakhir, tiba saatnya untuk menjalani rutinitas sehari-hari. Sehari sebelum masuk kerja, aku pergi ke Suroboyo Carnival Night. Kali ini adalah kali kedua aku menginjakkan kaki di tempat ini setelah tiga tahun lamanya. Seperti yang pernah aku post sebelumnya pada link berikut : http://apriljustmine.weebly.com/home/july-04th-2016. Aku pernah dengar Suroboyo Carnival ini pernah ditutup sementara karena perbaikan. Wah pikirku bakal jadi lebih bagus nih, wahananya tambah banyak dan banyak spot foto yang jauh lebih menarik. Masih tak percaya, akhirnya aku lihat-lihat di instagramnya, eh nemu komen warganet yang mengatakan bahwa Suroboyo Carnival yang sekarang lebih banyak spot-spot fotonya daripada wahananya. Apakah iya? Karena tidak percaya, aku pun datang untuk membuktikan sekaligus membandingkan apakah Suroboyo Carnival lebih bagus atau biasa aja. Untuk harga tiket masuk sebenarnya sama aja dari tahun lalu, Rp 60.000,- di hari biasa. Cuma sekarang ada perubahan dari tanggal 3 Juni -11 Juli 2019 harga tiket masuk terusan jadi Rp 70.000,- atau cuma membayar tiket masuk saja senilai Rp 25.000,-. Tiket masuk saja berarti kalian cuma bisa masuk dan foto-foto aja tanpa bisa menaiki wahana tertentu, atau harus membayar setiap kali memasuki/menaiki wahana. Aku memilih membeli tiket yang terusan. Nah, setelah membayar, kita mendapatkan gelang tiket dan voucher popcorn. Sekilas voucher popcorn Rp 15.000.- aku pikir adalah free. Ternyata eh ternyata itu cuman potongan senilai Rp 3.000,- jadi kita bayar lagi Rp 15.000,-. Tahun 2016 lalu, kita bener-bener dapet voucher makan senilai Rp 20.000,- tanpa harus bayar lagi. Coba kalian periksa postingan kunjunganku tahun 2016 dari link di atas. Seperti biasa di pintu masuk kita mesti menunjukkan tiket masuk, kita bisa pakai gelang sendiri atau dibantu petugas. Untuk yang anak-anak bisa lurus aja setelah pintu masuk, karena di sana ada wahana bermain anak-anak, belok ke kiri untuk memasuki pintu utama atau mampir sebentar di arena foto upside down. Kali ini kita mampir dulu ke arena upside down. Tempatnya tidak besar, agak sempit tapi okelah. Foto di atas cuma aku ambil beberapa tapi sebenernya cukup banyak. Satu spot foto kami habiskan sekitar 30 detik-an untuk kemudian pindah ke spot yang lain. Karena antri/ ditungguin oleh pengunjung yang ingin foto juga, kalian harus cepet-cepet atau enggak si pengunjung yang lain ikut kefoto juga hehe. Kemudian selanjutnya, kita memasuki pintu utama. Wahana bermain indoor. Wah ini yang baru, tapi cuma sedikit. Dalam hati, mungkin di luar lebih banyak dan lebih besar huahuahua. Ini kalau tidak salah namanya Superman. Objek lagi bergerak, jadi gak bisa foto dengan jelas karena kamera seadanya hehe. Di wahana ini kita harus tengkurep supaya pas mesinnya jalan kita berasa sedang terbang gitu. Tapi pakai sabuk pengaman ya supaya tidak ceblok. Kurang lebih 5 menit kita terbang akhirnya kita turun sambil sedikit sempoyongan karena pusing. Wahana ini lebih cocok untuk anak-anak bersama orangtua karena banyak spot foto bertema anak-anak di dalamnya, lorong kaca seperti foto di atas adalah salah satu yang menarik untuk difoto. Sebelum keluar dari area indoor, mari kita bermain wahana beranama AERO TEST. Wahana ini sebenarnya nggak beda jauh dengan BADAI TOPAN seperti di postingan Suroboyo Carnival sebelumnya. Sama-sama kaki dibuat di kepala dan kepala dibuat di kaki. Cuma beda tempat duduk saja yang terdiri dari 4 bagian. Setelah keluar dari area Indoor, kita langsung tertuju sama bianglala atau Feerish Whell. Tidak antri terlalu banyak kita pun langsung kebagian tempat. Dari ketinggian ini kita bisa melihat wahana-wahana yang sudah tidak aktif lagi, yang dulu pernah kita nikmati. Dan memang benar kata warganet di komen instagram itu. Huft. Tiba di paling atas, entah kenapa tempat kami bergoyang-goyang begitu kencang. Aku pun mulai menenangkan diri dengan duduk sebentar sambil memejamkan mata. Tidak lucu juga kalau tiba-tiba macet di atas dengan posisi seperti ini. Bioskop 3D kali ini nampak kurang mantap, sebab petugas baru mematikan lampu ketika pertengahan film diputar, serta bangku yang kami duduki nampak sudah tua dan kurang nyaman. Durasi film 3D kurang lebih 7-10 menit. Kurang puas dengan bioskop 3D ini, kami mencoba bermain wahan serupa tapi outdoor. Nah, ini namanya Fantasy World. Bermain wahana ini harus membeli tiket lagi senilai Rp 20.000,-. Entah yang benar yang mana, di tiket tertera keliling angkasa tetapi di area bermain bernama Fantasy World.
Kita diberi kacamata khusus untuk bermain wahana ini. Melalui kacamata tersebut permainan dimulai, kita seolah-olah duduk di roller coaster dan memasuki area laut. Efeknya cuma miring ke kanan dan ke kiri. Menurutku ini lebih baik daripada bioskop 3D. Tetapi untuk membayar Rp 20.000,- dengan durasi gak sampe 5 menit yaa kurang memuaskan hehe. Setelah ini kita masuk ke rumah hantu, kami tidak sempat mendokumentasikan karena saat di dalam kita gak bisa berhenti lama-lama karena gedar gedor musik hehantuan yang bikin gak krasan. Muterin lagi area Suroboyo Carnival, barangkali ada wahana tersembunyi yang belum kita jajal. Tetapi nihil, hanya spot-spot foto saja yang masih menunggu. Akhirnya kita memutuskan untuk pulang dan tidak kepikiran akan kembali lagi. Kesimpulan dari lanjalan kali ini kurang memuaskan karena wahana berasa kurang dan kebanyakan spot foto. Ya mungkin beberapa orang suka berfoto-foto ria, tapi kalau aku satu dua jepret foto sudah cukup yang penting bermain wahananya hehe. Jadi, kalian tertarik untuk pergi ke Suroboyo Carnival? |
|