Membicarakan tentang stalker, pasti kalian tahu apa itu stalker. Stalker artinya penguntit, kepo kalau kata kids jaman now. Stalker dilakukan dengan motif untuk mencari informasi akan sesuatu yang membuat hati si stalker penasaran. Rasa ingin tahu yang tinggi menjadi pemicunya. Nah, kalian tahu kan stalk paling gampang dan enggak nguras tenaga itu di mana? Di Media Sosial. Medsosnya antara lain : Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan lain-lain. Banyak fitur baru para medsos yang memberikan fasilitas tambahan untuk mengaktualisasi diri ditambah akses internet sudah guampang banget jaman now ya. Yang menjadikan para stalker mudah mendapatkan informasi. Kecuali, kecuali kalau si target sasarannya ndeso/gaptek , dia nggak punya medsos.
Stalker, tidak saja dilakukan di Media Sosial lho. Namanya aja penguntit, dia bakal melakukan apa aja gaes terutama ngikutin kita ke mana-mana. Motifnya sama seperti yang ditulis di atas. Cuman pingin tahu. Padahal kan tinggal beli di pasar tuh tahu. Apa yang didapat dari stalker? Kepuasan. Puas kalau dia dapat informasi mengenai target sasarannya. Lalu apa? Lalu dianalisa! Kemudian timbullah yang namanya asumsi. Bahwa ini begitu karena itu. Oh ternyata dia selama ini penipu, oh ternyata …. Antara benar dan salah tak jadi masalah yang penting tahu (tanpa bulat) aja. Setelah itu, udah gitu doang. Tujuan terbesarnya adalah mencari jawaban atas rasa penasaran tanpa ada kejelasan maunya apa. Ya kalau ngikutin orang dari belakang sampai rumah, ya sekalian aja nemuin orang tua di rumah. Jadi stalkernya berfaedah. Hahahahahaha… Mengapa ada objek yang distalker? Karena objeknya itu penting. Kalau tidak penting, kenapa mesti dikejar-kejar dan dicari tahu? Kepentingannya ini juga macem-macem, ada yang penting karena urusan asmara dua sejoli, ada yang dicurigai,dan lain-lain lah. Apakah stalker sama detektif itu sama? Keduanya sama-sama ada usaha buat mencari informasi karena didorong rasa penasaran. Bedanya hanya pada motivasi. Stalker bermotivasikan kepo aja sedangkan detektif motivasinya ingin membuktikan sesuatu. Detektif emang ngikutin, menggali informasi dengan mencari tahu tetapi dia punya tujuan yang jelas yakni membuktikan/melakukan penyelidikan untuk memecahkan khasus dengan bukti yang ada. Kalau stalker cuman pada asumsi yang belum tentu benar dan salah. Jaman now banyak akun-akun gossip yang bermunculan dengan menyajikan berita yang ngepoin orang lain. Itu salah satu contoh stalker dunia maya alias medsos. Berasumsi ini dan itu untuk dijadikan bahan berita. Kadang sumbernya cuman dari internet doang sudah berani ngambil kesimpulan ini dan itu. Kehidupan manusia di media sosial kadang tidak berbanding lurus dengan realitanya. Apa yang selama ini digambarkan dari media sosial tersebut bukanlah seratus persen dari pribadi dia seutuhnya. Tapi, katanya, setiap postingan apapun yang ada di medsos kita itu mencerminkan pribadi kita? Ya, mencerminkan diri di dunia maya. Citra diri di dunia maya kita seperti apa dapat dinilai dari history-history kita meninggalkan sesuatu di medsos. Terlepas dari citra diri di dunia nyata yang kita enggak bisa baca hati dan apa isi kepala orang. Hahaha, sebelum mengakhiri tulisanku malam ini mau menginfokan sedikit bahwa topik ini diambil karena pengalaman dan pengamatan menjadi pelaku dan korban stalker. Seperti biasa aku menyebarkan pertanyaan-pertanyaan seputar itu kepada teman-teman dengan metode seperti postingan sebelumnya untuk dijadikan bahan tulisan di blog ini. Maaf banget kalau kalian nemuin gaya tulisan atau rangkaian kata yan mungkin sulit dimengerti dari blog ini dan terima kasih bagi kalian yang udah baca sampai kalimat terakhir dari postingan ini. 01.11 – 15 Oktober 2017
0 Comments
Leave a Reply. |
|