Saat hujan tiba..
Aku seperti ingin ikut menari di bawahnya Berputar putar sambil menengadah Dingin dan menyenangkan Di kala itu... Aku tak berkata-kata Pejam mata , dalam lama aku terdiam Mengajak puisi bercerita, Dalam curahan yang tak sempat didengar manusia, manusia Seandainya di sini ada sungai kecil, Yang bermuara ke laut besar Di pinggirannya ada bebatuan, sofa alam Aku duduk di sana Tidak perlu berkata-kata, tidak suka ramai Yang kucari hanya damai Dengan cuaca yang sedikit mendung Aku menulis sebelum menunggu kilat memberi aba-aba turunnya hujan Senja tak terlihat ketika ia datang Matahari malu menunjukkan hangatnya Ia telah kalah walau sementara Memberikan waktu hujan untuk berunjuk gigi Jemariku tetap bergerak dalam diam Terus bercerita tanpa putus asa atau arah Jiwaku selalu saja, menemukan hal yang indah untuk dirasakan... Meski terkadang raga tak mau bekerja sama dengannya... Aku ingin terus hujan, Di mana aku tetap tidak meninggalkan sesuatu Tetap berada pada tempatnya yang mesti Mendekap yang sudah sudah Karena saat hujan, air pun turun.. Dingin pun datang, menyeruput kopi lebih nikmat dibanding saat tidak hujan Lebih mudah santai dan tenang dengan sesukanya... Kuketuk-ketuk jariku pada kaca meja secara bergantian, aku tidak berisyarat menunggu atau tidak sabar. Namun, aku merasa tiba pada situasi yang tak bisa kusebut itu apa. Aku merasa selalu baik-baik saja, sekalipun ada yang datang dan mengusik. Sepertinya aku akan selalu baik-baik saja. Semakin lama hidup kita semakin sibuk. Semakin banyak yang dicari sampai terlupa. Sebenarnya sedang ada apa. Aku pun tidak ingat. In this city, with my gloomy heart today... With Love, April Justmine.
0 Comments
Leave a Reply. |
|