Pernah ingat dengan film Filosofi Kopi? Filosofi kopi ini sebelum jadi film, aku sudah punya bukunya. Bukunya yang covernya mirip bungkus kopi kafe-kafe kemasan kiloan itulho, ngerti khan?. Aku beli buku itu karena naksir sama covernya dan udah sok yakin kalau buku ini akan mengulas tentang perkopian full. Ternyata, judul filosofi kopi ini adalah salah satu cerita fiksi pada buku ini –bukan full satu buku. Ceritanya yaa silakan cari sinopsisnya sendiri bagi yang nggak tau. Setelah filmnya tayang, munculah kafe yang aslinya yang pemiliknya adalah dua aktor ganteng Rio Dewanto dan Chicco Jerico. Nama filosofi kopi pun melejit hingga buka cabang baru di Jogja yang juga ada di filmnya. Jadi, yang ingin aku bahas bukan tentang filosofi kopinya tetapi bisnis semacam ini begitu menarik sekali sehingga kedai-kedai serupa banyak bermunculan. Apalagi dewasa ini banyak banget kedai kopi kekinian yang nggak besar-besar banget tempatnya dengan harga sangat terjangkau udah menjamur di mana-mana. Kedai-kedai kopi kekinian ini tidak sebesar kafe filosofi kopi, mereka hanya menjual menu utama yaitu kopi, ada teh dan susu. Tidak menutup kemungkinan ada beberapa yang menjual makanan ringan tetapi jualan utamanya tetap kopi. Sekitar bulan Mei atau Juni 2019, itu aku pertama kali ngelihat satu kedai kopi kekinian muncul di daerah Karang Menjangan Surabaya, namanya Awal Cerita. Kedai kopi ini kecil banget, nggak ada meja khusus buat diminum di tempat, cuma ada kursi doang. Menurutku lebih ke take away aja. Jadi aku langsung relate sama foto-foto coffee shop yang ada di instagram, oh mungkin ini adalah bisnis yang lagi booming, pikirku. Setelah itu aku nggak lihat ada kedai kopi kekinian lagi di tempat yang lain. Nah, menuju bulan Agustus sampai saat ini kedai kopi serupa pun banyak bermunculan gaes. Uniknya namanya juga variatif seperti : Kepengen, Kopi Lain hati, Kopi Kenangan, Kopi Janji Jiwa, Kopi Pesan Disini, Kopi Jokopi, Kopi Mikopi, Baikopi, Diskuupi, Katalokopi, Kopi Neira,Kopi Kulo, Kopi Soe dan lain-lain. Nama-nama kedai kopi kekinian yang aku ketik di atas aku ketik selama kurang lebih tujuh detik-an tanpa browse, langsung ingat gitu. Karena saking banyaknya usaha kopi yang lagi menjamur. Aku bukan orang yang memiliki kepekaan rasa dalam mencicipi makanan atau minuman yang tinggi. Yang aku tahu adalah enak dan tidak enak. Tapi tidak semua sih, tapi mayor hehe. Apalagi taste of coffee. Nol putul enggak ngerti. Bilang enak ya enak nggak bisa gitu jelasin karena biji kopinya sedep nih atau kopinya 100% Arabica atau Robusta. Dan kalau nggak enak ya gak bisa jelasin gak enaknya kenapa. Nah sekarang bahas mengenai harganya nih gaes. Sebenarnya untuk harga di kedai kopi kekinian ini cukup terjangkau dan menunya variatif sekali. Cocok untuk kalangan pelajar dan pekerja. Range harga dari 10k-30k per cup. Fasilitas yang diberikan juga tidak kalah dengan kafe-kafe yang menjual kopi pada umumnya, wifi ada, colokkan ada, spot foto ada. Kalau aku lewat jalan Dharmawangsa (arah akan ke RS Dr Soetomo) itu di kiri jalan kedai-kedai kopi kekinian rame banget gaes kalau malam, sudah pasti remaja kekinian yang nongkrong di sana tanpa kuatir untuk diusir. Di sisir jalan itu penuh motor berjejer-jejer ria. Tadi sudah aku sebutin deretan nama-nama kedai kopi kekinian di Surabaya, sekarang aku akan mereview beberapa kedai kopi kekinian yang pernah kukunjungi: 1. Janji Jiwa Nah, Janji Jiwa ini adalah jenis usaha kedai kopi franchise yang mana tiap cabang pasti kalian temui #jilid118 #jilid301 dan lain-lain. Keunikan dari Janji Jiwa ini menyebut cabangnya dengan nama “Jilid”. Untuk menunya juga cenderung banyak ya. Aku sudah ke sini tiga kali. Menu yang pernah aku beli adalah es susu matcha, es kopi susu dan es soy coffee late. Menurutku, rasanya biasa aja. Porsinya standar cup 10oz sudah pakai es batu kurang lebih 3-4 butir. Aku berkunjung ke sini sudah tiga kali bukan karena aku memang suka tastenya. Bukan. Dari namanya, aku sudah suka. Kayak istilah-istilah sastra gitu menurutku yaa, terus penyebutan menunya juga normal dan mudah dimengerti “Es Kopi Susu, Es Susu Matcha, Es Kopi Pokat”. Memang harusnya nama yang selain normal gimana? Baca ya sampai bawah J. Tapi menu di Janji Jiwa ini menggunakan kata kopi dan coffee. Memang memiliki arti yang sama, namun kurasa kurang tepat jika menggunakan dua penyebutan. Hehe. Untuk pelayanan, ngantri di kasir bayar langsung kemudian ditunggu nomor bill kamu disebut oleh petugas yang berwajib eh maksudnya pegawainya dan kamu akan dikasih kantong plastik kalau dibawa pulang. 2. Kopi Soe Melihat namanya aku jadi kayak baca penyebutan kata SU pada zaman dulu. Ada orang namanya Soetjipto, bacanya Sucipto. Saat pertama kali lihat kedai ini, aku pikir bacanya Kopi Su. Ternyata Kopi Soe. Aku pernah ke sini satu kali dan satu kali beli pakai ojol (ojek online) dan menu yang aku beli itu sama yaitu Es Roegal (Roem Regal). Emang seger pas untuk Surabaya yang hot begini tapi menurutku porsinya sedikit. Mungkin kamu yang beli menu ini pas lagi santai aja biar nggak cepet habis wkwkw. Oh iya ini tidak mengandung alkohol ya. Kopi Soe yang aku kunjungi ini terletak di Jl Ngagel ya deket sama makam Ngagel, tempatnya lebih luas dari kedai kopi kekinian yang lain tapi menunya tergolong sedikit. 3. Awal Cerita Seperti yang aku ceritakan di atas, ‘Awal Cerita’ ini adalah kedai kopi kekinian pertama kali yang aku temuin. Aku ke sana cuma dua kali, menu yang aku beli adalah Es Kopi Susu dan Es Kopi Red Velvet. Menurutku Es Kopi Susunya biasa aja dan untuk red velvetnya rasanya nggak jauh beda sama es kopi susu biasa (padahal harga beda 5 ribu), memang ada warna merah cenderung muda tapi nggak ada rasanya. Waktu itu menunya masih sedikit, pas googling barusan, menunya jadi lebih banyak. Kedai Kopi Awal Cerita ini tempatnya kecil, jadi kalau untuk ngobrol sama teman-teman mending beli take away aja. 4. Mikopi Mikopi ini lokasinya ada di Jl Dharmahusada, aku datang ke sini baru sekali. Menu yang aku beli Es Kopi Susu. Untuk rasa, masih biasa saja nggak ada rasa spesial. Untuk tempat tidak begitu luas, tapi cukup nyaman dan adem . Pencahayaannya bagus dan tempatnya bersih. Ada terasnya dan ada kursi teras pada umumnya juga ada kursi yang menghadap jalan. Menurutku di sini tidak begitu rame jadi enak kalau buat ngobrol. 5. Kopi Lain Hati Kedai yang satu ini sederet dengan Janji Jiwa, Diskuupi dan Pesan Disini (sederet bukan berarti jejer kanan dan kiri ya, cuma jaraknya kurang lebih 15-20 meteran). Aku datang ke kedai kopi kekinian ini baru sekali, untuk tempatnya tidak kecil dan tidak besar. Menu yang aku beli adalah Es Kopi Gemas (Espresso, Susu dan Krim Irish). Untuk rasa agak manis, udah gitu aja. Nah, penamaan menu-menunya ini cukup unik sebab menggunakan istilah-istilah kekinian atau mengarah ke percintaan zaman now. Salah satunya adalah Es Kopi Main Hati yang nggak lain nggak bukan adalah Es Kopi Gula Aren. Wkwkwkwk. Nanti kalau aku bikin kedai kopi kekinian, menunya aku kasih nama Es Kopi Aku Cinta Kepadamu Sejak Lama, Es Kopi Sesungguhnya Kurindu, Es Kopi WA-ku tolong segera dibales dll. Kira-kira kamu ada kepikiran apalagi? 6. Kopi Neira Kalau mengingat nama kedai kopi kekinian ini jadi ingat grup band Banda Neira. Kedai kopi Neira yang aku datangi terletak di Jl Pucang, dekat dengan Poltekkes Menur. Kedai kopi Neira ini berbeda dari tampilan kedai yang aku sebutkan di atas. Kedai ini pintunya selalu terbuka, jadi bisa langsung masuk tanpa perlu buka pintu. Untuk menu yang kubeli adalah Es Kopi Neira Original alias es kopi susu gula aren. Dari kedai-kedai yang lain, Kopi Neira ini juara di harga. Menurutku untuk rasa sama aja dengan es kopi susu kedai kopi kekinian yang lain namun harganya sangat murah yaitu 10 ribu. Di mana yang lain harganya 15 ribu ke atas. Untuk tempat, mungkin agak sumuk jika siang-siang ke sana sebab tidak ada ACnya. 7. Jokopi Nama kedai kopi kekinian ini mengingatkan nama Presiden kita Pak Jokowi. Salah satu menunya ada yang bernama es kopi blusukan yang mana istilah ‘blusukan’ identik dengan kegiatan yang pernah dilakukan Pak Jokowi. Jokopi ini lokasinya berada di daerah Ketabang Kali. Untuk desain kedai kopi ini menurutku paling markotop dari yang lainnya. Menunya tertempel di kaca (seperti pada gambar). Jadi pas aku baca menunya, mas-masnya nggeser kaca kemudian menanyakan pesanan. Tapi pas aku nyebutin menu masnya kurang dengar padahal suaraku sudah kenceng. Jadi aku harus ngulangin pesananku sedikit naikin intonasi. Pada saat itu juga nggak sedang ada yang antri ataupun suara yang bising. Mungkin karena aku berada di outdoor dan masnya di dalam (indoor). Nah, aku pesan es kopi arum manis. Karena menu tersebut belum aku temui di kedai kopi kekinian yang lain. Untuk rasanya memang kerasa manis-manis gula kapas tapi aku kurang suka karena aku sudah bosan sama yang manis-manis.Hm, untuk menu yang pasti ada di kedai kopi kekinian itu es kopi gula aren cuma dikemas dengan nama lain. Jadi, kalian pasti bisa menemukan es kopi gula aren di kedai kopi kekinian mana saja. 8. Kopi Kulo Kedai Kopi Kulo yang aku datangi terletak di Ruko 21 daerah Klampis. Satu bangunan dengan barber shop, kopi kulo ada di lantai 2 (lewat belakang). Kalau kamu bingung, maka jangan sungkan untuk bertanya pada rumput yang bergoyang. Jika tidak ada, tanya Pak Satpam untuk mendapatkan kunci jawabannya. Untuk tempatnya cukup luas dan saat aku ke sana hanya ada 3-4 pembeli saja (sudah termasuk aku dan Lee Dong Wook <3). Menu yang kupesan adalah es kopi bayleys, tanpa alcohol ya gaes. Rasanya biasa aja tapi kalau dikasih gratis aku mau menerima. Nah, itulah beberapa kedai kopi kekinian yang pernah kukunjungi. Aku lebih sering take away sih daripada dine-in, karena semakin malam pengunjung semakin banyak. Kalau kamu gimana nih suka nongkrong lama-lama atau pesan by abang ojol buat nikmati segelas Es Kopi Aku Cinta Kepadamu Sejak Lama? (eh eh ini kedai kopi kekiniannya di mana yaaa? Ini di dalam hotel del luna ya).
0 Comments
Big Bad Wolf atau biasa disingkat BBW adalah event jual buku besar-besaran yang diadain beberapa tahun sekali. Kali ini adalah kali kedua aku berkunjung ke BBW. Sebelumnya (pada tahun 2017), aku beli buku bagus judulnya “Thank You for Being Such A Pain” karya Mark I Rosen PH,D. Tapi untuk kali ini, aku sendiri tidak tertarik untuk membeli buku karena memang tidak ada yang sreg. Kategori buku yang aku tuju di BBW adalah self help dan buku jurnal. Sekitar tiga kali muter satu meja buku self help tidak ada yang nyantol di hati. Sempet ngelirik sama bukunya Dale Carnegie yang judulnya “ How to enjoy your life and your job?” yang harganya Rp 55.000,- namun sekali lagi aku tidak mood untuk membelinya. Tapi jika ada dari kalian yang baca blog ini dan tertarik untuk beli, bolehlah nanti aku pinjam huahahahaha (ketawa lebar-lebar). Event ini berlangsung 10 hari dari 4 Oktober hingga 14 Oktober 2019. Hari ini tgl 6 Oktober, menurutku lumayan ramai di dalam tapi untuk area parkir tidak sepadat tahun 2017. Jadi, karena aku tidak beli buku akhirnya aku kelilinglah dan tiba-tiba menemukan bukunya Oppa BTS dan sontak aku jadi ingat temenku dong. Yaudah aku kontak kemudian negoisasi harga (wkwk) dan setuju. Daripada wasting time aku keliling lagi untuk mencari buku lain yang sepertinya sepupuku suka. Kukontak, negoisasi harga dan setuju. Oke kakiku mulai pegal dan datanglah serigalanya, eh ngantuknya maksudku. Walaupun aku tidak dapat buku self help, paling tidak aku bawa buku jurnal sebiji atau dua biji. Nah gambar di bawah ini, ada dua buku jurnal yang covernya mencuri hatiquu meski tali elastisnya nggak cocok bagiku. Yang sebelah kiri atas, itu gambar bangunan gereja menyerupai Duomo Cathedral. Kutemukan jurnal itu mangkrak di troli tak berpemilik tanpa label harga. Aku jadi bambang. Eh bimbang. Takut pas tiba-tiba mahal dan juga nggak sering digunakan kan mubazir. Kemudian sebelahnya, itu aku juga naksir abis-abisan sebab gambarnya cantiq banget tapi sayang ada tali elastisnya, tali itu akan kendur jika buku sering dibuka dan akan jelek nantinya. Eh..emang mau beli?. Harga buku tersebut Rp 70.000,-. Sebenarnya untuk dipakai pribadi, aku sangat hemat karena digunakannya kalau mood saja HAHA, 1 buku jurnal itu bisa-bisa enam bulan atau lebih. Pasalnya, di rumah aku ada buku jurnal ring yang jarang aku pakai –meski sisa sedikit- jadi eman kalau mesti beli lagi. Jadi, kesimpulannya adalah aku tidak beli. Isin kan? wkwkwk. Kemudian tiga buku di bawahnya, yang Dale Carnegie itu yang sudah aku jelasin di atas. Yang tengah iseng aja difoto kemudian yang paling kanan adalah penemuan brilianku wkwkw. Kaki sudah bener pegel, tapi aku harus dapet foto dari atas nih. Jadi, setelah bayar di kasir aku ke atas. Tapi etss pamit dulu sama Pak Sekyur IT yaa (maksudnya security). Jadi kantongnya ditali kemudian dilakban coklat supaya bisa masuk area bbw lagi. Karena setelah dari kasir, kalau mau balik dengan membawa kantong belanjaan ya harus dilakban. Cantik kan hasil karya Pak Sekyur IT? Bonus: Kira-kira balik ke bbw lagi cari buku jurnal gambar gereja tadi ada nggak yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ?/?///?/???
Hari ini aku iseng baca-baca artikel mengenai “Toxic Job” di internet. Lebih tepatnya dari situs themuse.com yang judulnya 5 Clear Signs You're Stuck in a Toxic Job (and Don't Even Know It). Membaca artikel tersebut kok aku merasa pernah mengalami hal tersebut ya?. Jadi, nampaknya akan mengasyikan jika aku mulai menulis.
5 Clear Signs You're Stuck in a Toxic Job (and Don't Even Know It)
Pada poin pertama, kamu lebih memilih rekan kerjamu ketimbang teman-teman (mungkin teman saat sekolah atau lainnya) dan keluarga. Karena rekan kerja kita lebih mudah atur jadwal ketimbang teman yang enggak setempat kerja. Kalau sama rekan kerja, pulang kerja bisa langsung atur jadwal pergi nonton atau sekadar makan malam, tetapi untuk bertemu dengan teman yang lain, perlu mengatur waktu untuk bisa bertemu. Kalau dengan rekan kerja kita bisa melakukan obrolan seputar pekerjaan sehingga pembicaraannya nyambung bikin lebih enak nih keluar sama mereka ketimbang sama yang lain. Sesekali memang boleh lah ya, tapi aku mencoba untuk menyeimbangkan. Ketika aku pergi makan malam dengan rekan kerja, di lain hari aku mengajak keluarga atau teman SMA atau kuliah untuk makan malam di luar. Aku merasa aku mesti mengajak keluarga merasakan makan malam di luar bersama. Juga bertemu dengan teman-teman semasa sekolah merupakan hal yang menyenangkan bisa bertukar cerita serta tak lupa membicarakan memori masa sekolah dulu. Pada poin ke dua, kebahagiaanmu dalam pekerjaan, mendefiniskan kebahagianmu seutuhnya. Hm, baik ini adalah hal yang paling kental aku nikmati. Terus aku pikir-pikir, kenapa ya kok bisa begitu?. Memang menyenangkan gitu pas ada kerjaan yang njelimet terus digupui dan pas kerjaan udah selesai boss kamu kasih pujian, berasa dikasih nasi ayam geprek ketika lagi lapar-laparnya. Kemudian lain hari kamu mengalami kasus serupa dan hebatnya dapat nasi ayam geprek yang ada mozzarella-nya. Alah..alah malah kesenengen. Hal-hal semacam itu bikin ketagihan. Jadi kebiasaan bahkan sampai sekarang kalau kerja tidak sesuai deadline atau tidak sepenuh hati, maka yang terjadi adalah ketidakbahagiaan. Padahal sebetulnya nggak perlu sampai tidak bahagia, kan. Pada poin ke tiga disambung sama poin ke empat, nah ini nih bisa disebut overthinking gara-gara kerjaan sampai gak bisa tidur. Poin ke tiga dan ke empat digabung karena menurutku nyambung. Aku dulu sering gak bisa tidur malam atau tidur mesti di atas jam 12 malam -ini dalam konteks tidak sedang kerja tugas kuliah hingga larut. Alasannya saat itu aku lagi seneng-senengnya kerja, jadi gak sabar buat kerja besok dan alasan ke dua adalah ada beberapa tugas yang bikin kepikiran. Saat duduk di bangku kelas kuliah pun aku sempat bikin list kerjaan buat besok (aku kerja pagi, sore kuliah). Padahal kan mestinya aku mencurahkan perhatian ke mata kuliah yang ketemu cuma seminggu sekali. Entahlah, kenapa aku selalu memikirkan pekerjaan di luar pekerjaan. Kepikiran soal pekerjaan di luar jam kerja sih boleh boleh aja, tapi enggak perlu sampai sepenuhnya. Karena kita juga punya kehidupan yang lain. Pernah ingat, rekan kerja bikin status “24 jam tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan ini”. Wah, aku merasa dia juga terjebak oleh pikiran sendiri. Wkwkw ada temannya. Poin terakhir, kalau yang ini aku banget dah sampai detik ini. Dari pagi sampai sore meja adalah persinggahan istimewaku. Tapi kalau bosan atau memang tidak ada kerjaan karena udah selesai, aku kadang kulineran pakai jasa ojol, duduk bersandar di tembok musholla sambal main mahjong di jam istirahat. In my opinion, Toxic Job dalam poin-poin tersebut berasal dari individunya, bagaimana kita menyikapi hal-hal yang terjadi di dunia kerja. Kalau kita sadar kalau tubuh sudah berada di rumah, tidak perlu membawa pekerjaan dalam saluran pikir secara berlebihan sehingga tidur terganggu. Apa yang terjadi besok, biarkan terjadi besok. Tubuh dan hati perlu berhenti sejenak. Hati senang, tidur pun tenang. Ketika kita merasa pekerjaan ini memang benar-benar bikin stres, kita perlu rekreasi atau pergi merelaksasikan pikiran, atau berganti tempat kerja. Libur lebaran sudah berakhir, tiba saatnya untuk menjalani rutinitas sehari-hari. Sehari sebelum masuk kerja, aku pergi ke Suroboyo Carnival Night. Kali ini adalah kali kedua aku menginjakkan kaki di tempat ini setelah tiga tahun lamanya. Seperti yang pernah aku post sebelumnya pada link berikut : http://apriljustmine.weebly.com/home/july-04th-2016. Aku pernah dengar Suroboyo Carnival ini pernah ditutup sementara karena perbaikan. Wah pikirku bakal jadi lebih bagus nih, wahananya tambah banyak dan banyak spot foto yang jauh lebih menarik. Masih tak percaya, akhirnya aku lihat-lihat di instagramnya, eh nemu komen warganet yang mengatakan bahwa Suroboyo Carnival yang sekarang lebih banyak spot-spot fotonya daripada wahananya. Apakah iya? Karena tidak percaya, aku pun datang untuk membuktikan sekaligus membandingkan apakah Suroboyo Carnival lebih bagus atau biasa aja. Untuk harga tiket masuk sebenarnya sama aja dari tahun lalu, Rp 60.000,- di hari biasa. Cuma sekarang ada perubahan dari tanggal 3 Juni -11 Juli 2019 harga tiket masuk terusan jadi Rp 70.000,- atau cuma membayar tiket masuk saja senilai Rp 25.000,-. Tiket masuk saja berarti kalian cuma bisa masuk dan foto-foto aja tanpa bisa menaiki wahana tertentu, atau harus membayar setiap kali memasuki/menaiki wahana. Aku memilih membeli tiket yang terusan. Nah, setelah membayar, kita mendapatkan gelang tiket dan voucher popcorn. Sekilas voucher popcorn Rp 15.000.- aku pikir adalah free. Ternyata eh ternyata itu cuman potongan senilai Rp 3.000,- jadi kita bayar lagi Rp 15.000,-. Tahun 2016 lalu, kita bener-bener dapet voucher makan senilai Rp 20.000,- tanpa harus bayar lagi. Coba kalian periksa postingan kunjunganku tahun 2016 dari link di atas. Seperti biasa di pintu masuk kita mesti menunjukkan tiket masuk, kita bisa pakai gelang sendiri atau dibantu petugas. Untuk yang anak-anak bisa lurus aja setelah pintu masuk, karena di sana ada wahana bermain anak-anak, belok ke kiri untuk memasuki pintu utama atau mampir sebentar di arena foto upside down. Kali ini kita mampir dulu ke arena upside down. Tempatnya tidak besar, agak sempit tapi okelah. Foto di atas cuma aku ambil beberapa tapi sebenernya cukup banyak. Satu spot foto kami habiskan sekitar 30 detik-an untuk kemudian pindah ke spot yang lain. Karena antri/ ditungguin oleh pengunjung yang ingin foto juga, kalian harus cepet-cepet atau enggak si pengunjung yang lain ikut kefoto juga hehe. Kemudian selanjutnya, kita memasuki pintu utama. Wahana bermain indoor. Wah ini yang baru, tapi cuma sedikit. Dalam hati, mungkin di luar lebih banyak dan lebih besar huahuahua. Ini kalau tidak salah namanya Superman. Objek lagi bergerak, jadi gak bisa foto dengan jelas karena kamera seadanya hehe. Di wahana ini kita harus tengkurep supaya pas mesinnya jalan kita berasa sedang terbang gitu. Tapi pakai sabuk pengaman ya supaya tidak ceblok. Kurang lebih 5 menit kita terbang akhirnya kita turun sambil sedikit sempoyongan karena pusing. Wahana ini lebih cocok untuk anak-anak bersama orangtua karena banyak spot foto bertema anak-anak di dalamnya, lorong kaca seperti foto di atas adalah salah satu yang menarik untuk difoto. Sebelum keluar dari area indoor, mari kita bermain wahana beranama AERO TEST. Wahana ini sebenarnya nggak beda jauh dengan BADAI TOPAN seperti di postingan Suroboyo Carnival sebelumnya. Sama-sama kaki dibuat di kepala dan kepala dibuat di kaki. Cuma beda tempat duduk saja yang terdiri dari 4 bagian. Setelah keluar dari area Indoor, kita langsung tertuju sama bianglala atau Feerish Whell. Tidak antri terlalu banyak kita pun langsung kebagian tempat. Dari ketinggian ini kita bisa melihat wahana-wahana yang sudah tidak aktif lagi, yang dulu pernah kita nikmati. Dan memang benar kata warganet di komen instagram itu. Huft. Tiba di paling atas, entah kenapa tempat kami bergoyang-goyang begitu kencang. Aku pun mulai menenangkan diri dengan duduk sebentar sambil memejamkan mata. Tidak lucu juga kalau tiba-tiba macet di atas dengan posisi seperti ini. Bioskop 3D kali ini nampak kurang mantap, sebab petugas baru mematikan lampu ketika pertengahan film diputar, serta bangku yang kami duduki nampak sudah tua dan kurang nyaman. Durasi film 3D kurang lebih 7-10 menit. Kurang puas dengan bioskop 3D ini, kami mencoba bermain wahan serupa tapi outdoor. Nah, ini namanya Fantasy World. Bermain wahana ini harus membeli tiket lagi senilai Rp 20.000,-. Entah yang benar yang mana, di tiket tertera keliling angkasa tetapi di area bermain bernama Fantasy World.
Kita diberi kacamata khusus untuk bermain wahana ini. Melalui kacamata tersebut permainan dimulai, kita seolah-olah duduk di roller coaster dan memasuki area laut. Efeknya cuma miring ke kanan dan ke kiri. Menurutku ini lebih baik daripada bioskop 3D. Tetapi untuk membayar Rp 20.000,- dengan durasi gak sampe 5 menit yaa kurang memuaskan hehe. Setelah ini kita masuk ke rumah hantu, kami tidak sempat mendokumentasikan karena saat di dalam kita gak bisa berhenti lama-lama karena gedar gedor musik hehantuan yang bikin gak krasan. Muterin lagi area Suroboyo Carnival, barangkali ada wahana tersembunyi yang belum kita jajal. Tetapi nihil, hanya spot-spot foto saja yang masih menunggu. Akhirnya kita memutuskan untuk pulang dan tidak kepikiran akan kembali lagi. Kesimpulan dari lanjalan kali ini kurang memuaskan karena wahana berasa kurang dan kebanyakan spot foto. Ya mungkin beberapa orang suka berfoto-foto ria, tapi kalau aku satu dua jepret foto sudah cukup yang penting bermain wahananya hehe. Jadi, kalian tertarik untuk pergi ke Suroboyo Carnival? Body is just a shelter for the soul. Functional matter. Nothing to be obsessed with something else, says the body. For example, be extremely obsessed with memories. If you have time, write down every single thing.
The feeling is gone already. But you still whisper a wish for his happines every single day. That's not love anymore, that's what comes every laugh, fight, tear, intimacy, routine you've been through together. Three years is not a short period. Three years of sharing dreams and fears and secrets. It's very disturbing fact that time is a mere illusion, time doesn't have a clear shape but wraps every moment and feeling in this giant bundle of abstraction. What's left behind of those three long years are only memories, emails, and tagged photos. Shapes that are hard to touch. What's fair anymore?. A wise man said only a very sharp mind is able to do a perfect reminiscing on memories. We only remember moments in our own way to preserve those moments, we only see what we want to see, we only remember what we want to remember, not exactly how they happened. And before you realize it, the present time already swallows all those moments and feelings and faces into a cloudy space where everything is meant to be forgotten. --------------------------------------------------------- Find a book that fits your heart's situation and condition, as if someone else found your feelings. Mana sih orang yang tidak membutuhkan uang? Tidak ada. Uang memang bukan segala-galanya. Tetapi tanpa uang kita bakal kesulitan untuk menjalani hidup. Untuk pergi ke toilet saja mesti bayar, ingin pandai berbahasa Inggris juga perlu uang untuk biaya kursus, untuk sesuap nasi atau seteguk minum juga perlu uang untuk beli. Apakah masih ada orang yang serius mengatakan uang itu tidak penting? Biasanya sih yang gak punya uang. Pun sama dengan orang yang ngomong sekolah tinggi itu tidak penting, biasanya dia sekolahnya nggak tinggi. Miris~.
Kita harus bisa mengelola keuangan pribadi supaya bisa hidup aman secara finansial. Apalagi teruntuk seseorang yang hanya memiliki satu sumber pendapatan. Hal ini sangat riskan jika tidak pandai-pandai mengatur. Jangan sampai kalimat keramat seperti ini kembali terdengar: “Aku gak punya uang, hutang dong besok gajian tak bayar”. Aku terkejut dan terheran-heran jika menyaksikan orang yang belanjanya pol-polan, hutang get-getan tapi kebutuhan yang penting malah terabaikan. Gak jarang, kalimat keramat sejenis di atas tadi akan terucap seketika penyesalan datang. Ok, mungkin kalian semua sudah tahu kalau mengelola keuangan itu penting. Tapi nggak semua dari kalian mau melakukannya. Tahu-tahu terasa kalau sudah habis uangnya. Butuh biaya banyak buat berobat tapi uang tidak ada sepeser pun. Nah, bagi kalian yang sudah tahu mengelola uang itu penting, yuk setelah baca postinganku ini kalian terapkan. Jangan sampai kalian menyesal di kemudian hari. Karena kebutuhan dari kita-kita berbeda-beda, aku tidak bisa membagi seperti yang juga aku lakukan. Nah, ini aku berikan gambarannya. Yang pertama, coba pikirkan kebutuhan apa yang wajib kalian keluarkan dalam sebulan. Ingat! Yang wajib ya gaes bukan kewajiban untuk happy-happy. Contoh saja bayar SPP kuliah, beli buku mata kuliah, bayar kos, beli paket internet, biaya beli bensin selama sebulan, biaya sekolah adik, memberi orangtua dan lain-lain. Yang kedua, setelah kebutuhan yang wajib di poin pertama, sekarang berapa uang yang akan kamu tabungkan?. Dalam hal ini kalian juga diperbolehkan untuk berinvestasi, atau ditabungkan di bank atau PKK. Yang penting uang pada poin kedua ini tidak boleh diutak-atik sama sekali, kecuali sangat sangat sangat sangat urgent. Sangat urgent di sini bukan kepingin hape keluaran terbaru ya gaes :P. Yang ketiga, setelah kebutuhan poin satu dan dua selesai, nah sekarang kamu harus atur uang untuk bersedekah. Kalau aku, 2.5% dari pendapatan adalah nominal yang harus disedekahkan. Tetapi terserah kalian mau menyisihkan berapa. Tergantung keikhlasan dan kemampuan saudara-saudara~ Yang keempat, beli hape nggak ya? Nah, di poin akhir ini kamu dapat jajan. Hitung-hitung dari hasil jerih payah kamu selama bekerja. Beli buku kek, kulineran kek, terserah, asal tidak hedon aja sih hehe. Gimana kalau kepingin hape tapi duit sisa di poin keempat tidak cukup? Saran pribadi, kalau aku menjauhi kredit bulanan. Sekarang banyak kan tuh tawaran cicil hape hanya cukup dengan ktp, 5 menit proses hape sudah bisa dibawa pulang. Jadi berasa dipermudahkan gitu kalau mau ngutang. Jadi, solusinya adalah tahan dulu tiga sampai empat bulan ke depan. Kumpulin uang dulu baru beli cash. Menyenangkan diri sendiri dengan berbelanja dengan uang poin keempat tidak ada salahnya kok, asal tidak berlebihan. Tidak perlu menuruti gengsi, ingat realita. Jungkir balik kerja pergi pagi pulang sore/ pergi siang pulang malam, tapi uangnya buat beli barang yang tidak perlu. Meskipun penghasilan oke, nggak worth juga menurutku untuk beli yang tidak perlu. Apalagi penghasilan gak oke ya gaes? Cukup sekian postinganku kali ini ya gaes, aku berharap kalian tidak cuma tahu bagaimana mengelola keuangan pribadi kalian, tapi juga dilakukan ya! Good Luck! Sekian, dan terima gaji. Halo, rasanya sudah lama aku tidak memosting blog ini karena harus menjalani serangkaian kegiatan di semester tua. Betapa waktu cepat berlalu dan betapa banyak hal yang aku rasakan. Sekitar awal tahun 2018 , aku merasa bahwa semester delapan ini pasti akan susah, apalagi menjadi mahasiswa pengangguran kayak eyke. Aku pernah kepikiran bahwa nanti kalau sudah melewati semua ini, aku bakalan tulis semua kisah yang pernah aku laluin. Dan sekarang… hal itu sudah terjadi. Sekarang aku sudah berada pada momen di mana aku sudah lewatin itu semua. Huah.. nafas lega. Dikit.. Aku mengambil skripsi dan KKN secara bebarengan pada semester tujuh (2017). Pikirku diambil bareng saja biar cepat selesai. P-I-K-I-R-K-U. Tapi realitanya, skripsi tidak aku kerjakan dengan baik karena harus membagi dengan serangkaian kegiatan KKN yang tiap hari mesti didiskusikan. Entah pada grup WA atau tatap muka. Jadi, gagal sudah keinginanku untuk menuntaskan semuanya. Selesai KKN aku pikir bebanku akan berkurang. Tapi ternyata tambah naik ke tingkat stress yang lebih tinggi. Aku mulai merasa tersesat dalam pengerjaan skripsiku. Aku merasa bingung dan tak tahu arah jalan pulang. Blablabla.. aku pun akhirnya gila. Weh? Akhirnya aku putuskan mengganti judulku. Bukan hanya judul, tapi beserta alur berpikirnya. Wah, otakku berasa dikuras karena aku harus mikir yang bener-bener runtut dan memahami betul penelitian yang aku bawakan. Aku berterimakasih sekali kepada tim B-Squad atas masukan-masukannya. Kepada dosen-dosen pembimbing yang baik hati dan sabar sekali. Dan untuk judul yang baru, aku masih menaruh keraguan (agak skeptis). Dalam hati ada perasaan “udah, kerjakan dulu. Pesimisnya jangan diduluin”. Dan hati berusaha untuk tenang. Ya, sedang diusahakan. Pada saat menjalani proses bimbingan, aku selalu merasa deg deg ser . Ada perasaan takut salah lah, takut pas ditanyain gak bisa jawab lah. Kalau aku mending berusaha menjawab meski dirasa kurang tepat. Dan Alhamdulillah dosen mesti meluruskan (bukan menyalahkan) kadang aku mesti mencerna bolak-balik kata tiap katanya. Pada proses ini kita harus introspeksi kalau sampai terbesit mau nyalahin dosen yang bikin kita kerja ekstra. Revisi banyak, oh tentu saja. Sudah direvisi, eh direvisi lagi. Sudah direvisi lagi, eh disuruh nambain. Setelah ditambain, eh ditambain lagi. Eh tunggu bentar, ini teorinya keliru ayo perbaikin lagi. Sudah diperbaikin, eh kurang ngena’ penjelasannya. Penjelasan sudah diperbaiki, eh ini ada typo. Akhirnyaaaaa ACC pada siang hari yang cukup panas di Kota Surabaya tanggal 25 Juli 2018. Ya ampun, ini bener-bener kayak ketiban duren pas dibelah isinya voucher makan gratis seumur hidup di restauran lho. Di jalan itu mringas-mringis sendiri. Kayak masih nggak percaya kalau sudah diACC sedangkan teman-teman kebanyakan sudah diACC sekitar seminggu yang lalu (-,-). Pada proses bimbingan, ada nilai yang tersirat (kecipratan dong haha) yakni pertama, kita dituntut detail jangan sampai ada kata yang salah ketik (typo), aturan spasi antar paragraf, cetak miring kata asing, runtutan kata demi kata apa nyambung dengan kata berikutnya, sumber dari mana, kalau bisa bersumber dari website yang kredibel dan lain sebagainya. Memang hal ini ribet bagi sebagian orang, tapi kalau sudah biasa akan terlihat mudah. Kedua, setiap kali revisi kita pasti menemukan kesalahan yang kita buat, terus dosen meluruskan, kita tinggal patuh aja jangan banyak komplain malah gak selesai. Apalagi sampai takut buat bimbingan lagi. Ketiga, kita mesti nerimo ketika kita nyodorin revisi tapi tetep salah tetep kurang ini itu. Itu menandakan kita dilatih buat gigih. Kerjain skripsi gak gigih gimana kalau kamu nanti punya pimpinan perusahaan yang perfeksionis? Piyee?? Kerja sendiri (entrepreneur) juga gitu, kalau tidak gigih ya gimana mau sukses?. Keempat, membiasakan untuk tidak malas walau hanya sekadar cari buku. Kalau sedang tidak punya uang, bisa cari di perpustakaan kampus atau umum, atau kalau masih tidak ada bisa cari di toko buku bekas. Atau bisa tanya teman , dan beli melalui toko online jika benar-benar sulit ditemukan dan memang niat loh ya. Terus kita yang biasanya gak suka baca buku serius tiba-tiba dipaksa baca sampai akhirnya terbiasa. Kelima, membiasakan diri untuk niat atau bersungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu, contohnya kalau kita ingin skripsi selesai cepat dan tepat, maka kita harus rajin bimbingan. Bersedia ke kampus setiap hari atau tidak dua hari sekali deh buat bimbingan. Tidak ada alasan untuk tidak bimbingan. Yang namanya niat itu meski badai menghadang tetap diterjang (eaaa…). Keenam, akrab dengan dosen bisa terjadi pada proses bimbingan. Mungkin saat mengajar di kelas, dosen tidak terlihat banyak senyum bahkan lucu, tetapi saat proses bimbingan bisa mengenal lebih dekat, ternyata orangnya tidak begini ya…. Apa yang di depan mata tak seperti yang kau kira haaa… Ketujuh, apa lagi ya? kalian boleh tambahin di kolom komentar. Setiap mahasiswa berbeda dalam memaknai momen perjuangannya. Mungkin aku agak berlebihan kali ya (haha) tapi aku merasa senang karena bisa buktiin kepada ‘keraguan-keraguan’ dalam diriku bahwa aku bisa selesai. Mondar-mandir ke sana dan ke mari terbayar sudah karena lega. Perasaan lega di sini bukan berarti sudah puas akan segala-galanya melainkan lega dengan perjuangan yang melelahkan seperti waktu tidur berkurang, tidur pun berasa dihantui jadi ada perasaan was-was dan juga lupa makan minum. Ini aku nggak kerja lho, gimana sama mereka yang kerja? Pastinya lebih hebat. Setelah skripsi sudah diACC apakah ada yang menegangkan lagi? Oh tentu ada. Karena ada kendala, aku maju sidang pukul 18 sore yang mana aku adalah mahasiswa paling akhir. Teman-teman sudah pergi meninggalkan kampus kecuali teman B-Squad yang masih menunggu di bawah. Saat aku menunggu dosen penguji datang, tepatnya masih menunggu di luar kelas rasanya perutku mules, entah kenapa kok waktunya kurang tepat sekali. Padahal dari pagi belum makan. Akhirnya ke toilet sebentar, dan pas kembali masih belum datang juga dosen pengujinya. Aku pun mencoba menenangkan diri. Akhirnya aku putuskan memakan pisang yang diberikan panitia. Namun pada saat masih mengunyah separuh, dosen penguji datang dan aku disuruh masuk ruangan. Kurang lebih 40-50 menit berlalu dan sidang selesai. Semuanya sudah terjadi begitu cepat. Oh God, sidang telah usai. T-E-L-A-H U-S-A-I. Dan setelah sidang biasanya anak-anak melakukan selebrasi dengan menambahi gelar di belakang namanya pada selempang atau foto bersama dengan atribut yang berkaitan. Padahal status masih revisian (mayoritas ada revisi). Selebrasi tersebut adalah tanda kelegaan mereka telah melewati semua ini. Aku merasa lega (untuk yang kedua kali) sidang sudah usai meski ada sedikit revisi. Meskipun gelar ‘sudah’ menempel pada nama, kita tidak boleh membatasi belajar sudah berhenti sampai di sini saja. Pola berpikir kita harus lebih tertata dari yang sebelumnya dan sudah memiliki tujuan yang jelas setelah ini mau apa. Kita juga harus bersyukur sudah bisa sekolah sampai sarjana. Di luar sana masih banyak orang yang menginginkan posisi kita tapi tidak bisa. Maka kita gunakan sebaik-baiknya ilmu dan pengalaman yang kita dapatkan selama menempuh perkuliahan. Setiap mahasiswa yang berhasil melewati proses yang menyulitkan ini juga memiliki ceritanya masing-masing. Sebelum menulis postingan ini, aku menyebarkan beberapa pertanyaan seputar pengalaman mengerjakan skripsi dan berikut adalah rangkuman jawaban-jawaban dari mereka : 1. Apa kesulitan kamu saat menjalani proses bimbingan?
2. Apa hal unik yang sebelumnya nggak pernah kamu lakukan ketika kamu overthinking dengan masa-masa meresahkan ini?
3. Apa hikmah yang kamu dapatkan setelah semua ini berlalu?
4. Apakah kamu cukup puas dengan pencapaianmu dari awal hingga saat ini?
Sudah cukup sekian postinganku mengenai perjuangan kami menyelesaikan semester 8 yang seru ini. Kalian boleh meninggalkan komentar di bawah jika ada yang ingin ditambahkan. Sampai bertemu di postingan berikutnya. Daa~~
Walau aku suka akan kebersihan dan kerapihan, tetap saja aku malas bersihin kertas-kertas berceceran di tempat tidur, debu-debu di rak buku, di televisi dan yang lain-lain. Bukan nggak ada waktu, bukan. Melainkan malas. Mungkin saja otak ini udah ngasih perintah buat ini dan itu. Tetapi nggak dijalanin semaksimal mungkin. Ya dibersihin, diberesin tetapi nanti diacak lagi, terus-terusan. Semakin hari semakin sadar kalau semakin males. Padahal dulu aku nggak gini-gini amat. Dulu itu tiap hari full deh rasanya, tapi masih sempet bebersih bahkan saking sempetnya buku-buku diem di raknya disampulin semua.
Hm, mungkin karena hari-hari mulai membosankan dan penuh kebimbangan. Tiap ke mana kepikiran progress skripsi, ini September wisuda nggak ya. Sidang nanti bakal gimana. Ini gimana itu gimana. Akhirnya, pertengahan bulan Mei 2018 aku terkena sakit kepala sebelah selama berhari-hari, pergi ke dokter deh, sampai di sana dokter berceramah ratusan kata seolah-olah pasiennya ini adalah anaknya. Aku yang memang punya riwayat darah rendah kaget kan kalau tekanan darahnya tinggi. Sejak saat itu tiap hari makan semangka dan timun kemudian rutin cek tensi. Alhamdulillah perlahan pun turun. Perlahan-lahan aku mulai menyadari kalau overthinking itu nggak baik walaupun nanggulanginnya nggak gampang -kalau sudah kebiasaan. Kemudian aku baca-baca buku Dale Carnegie yang judulnya Overcoming worry and stress yang sudah lama tidur di rak bukuku. “Pikiran yang cemas berarti merasa bingung, terpecah dan senantiasa memikirkan banyak hal yang tidak benar.” “Sebagian besar rasa cemas disebabkan oleh keragu-raguan.” Kalimat di atas merupakan pernyataan yang pantas buat direnungin. Pikiran-pikiran negatif adalah khayalan yang tidak ada dasarnya. As human being, it always happens. Tetapi keputusan untuk tetap tinggal dalam keadaan tersebut adalah pilihan. Pada akhirnya, kalimat yang selalu aku sematkan baik-baik ketika diterjang kecemasan atau overthinking adalah “sudahlah, dijalani saja dulu.” atau “all is well, all is well” begitu kata Rancho. Hehe. Hehe. Hehe. Hehe. Hehe. Setiap malam, ketika ku berbaring menuju lelap tidur aku terkenang kau Melihat teman-teman terutama diri sendiri, pengerjaan skripsi membikin kita sadar betapa sulitnya melawan rasa malas. Karena kurangnya pengetahuan seputar tema yang diangkat atau seputar skripsi, kita jadi malas untuk mengerjakan. Kita semua mungkin sama-sama malas bahkan enggan, namun yang membedakan dari kita dan teman-teman yang sudah lulus duluan adalah kemauan untuk melawan rasa malas. Tapi ets.. tunggu bentar, kadangkala mahasiswa molor nggak selesai-selesai itu juga bisa karena tersesat loh saat pengerjaan skripsinya. Ia merasa nggak tahu bakal dikemanain jalan penulisan skripsinya. Nah kalau seperti ini aku juga sempat merasakan tapi semoga saja bisa selesai. Semoga Ya Allah !!!!
Selain melawan rasa malas, aku merasa menyesal saat dulu sekitar semester 6 ke bawah saat ada mata kuliah yang membahas seputar penelitian, dari mulai judul penelitian, metodologi penelitian, proses perhitungan data hingga teori yang digunakan, aku tidak begitu memperhatikan alias hadir di kelas bawa'annya selalu mengantuk (dulu sempat kepikiran kalau sebenarnya mk ini penting, tapi entahlah godaan setan untuk mengantuk lebih kuat. Eh iya jangan salahin setannya, ini yang salah manusianya. Jika saja manusianya sregep, godaan setan tidaklah berpengaruh). Sekarang baru sadar, betapa hal-hal tersebut mesti dipahami. Mulai sering banyak baca buku ilmiah. Biasanya kalau ke perpus umum, rak yang disamperin pertama kali adalah rak psikologi lalu kemudian ke rak ilmu politik dan metodologi penelitian. Sekarang cukup fokus ke yang lebih penting dulu. Pada akhirnya, aku pun mesti belajar lagi dan meminta bantuan temanku Peje dan Anisah yang selalu bersedia membantu. Semoga mereka tidak bosan mengajariku. 2:40 PM 3/16/2018 |
|