Ketika malam, kita sibuk mengerjakan tugas kuliah, apalagi penulis harian. Ada atau tidak ada tugas, kerjaannya ya lembur. Kadang batal lembur karena ketiduran. Besok paginya kita harus bekerja. Mencari penghasilan untuk membayar biaya kuliah, menabung dan lainnya. Waktu terasa sangat sedikit untuk kita habiskan bercakap dengan orang tua kita, keluarga kita atau bersilahturahmi kepada keluarga di luar kota. Bagaimana tidak, bangun pagi, tahu-tahu sudah sore waktunya pulang kerja, berangkat kuliah lalu tahu-tahu sudah malam, tahu-tahu harus ngelembur lagi dan seterusnya.
Kita membutuhkan sosialisasi kepada sesama, teman, ataupun organisasi. Sebagai manusia yang diberi kesehatan yang berlimpah (seperti lembur begini masih tetap sehat, tidak sakit-sakitan) kita sepatutnya memperbanyak berbuat baik kepada siapapun, terutama kepada yang membutuhkan bantuan kita. Tetapi, masalah kita saat ini, kita begitu sibuk dengan pekerjaan kita, dengan kegiatan ke sana dan ke mari tapi kita terkadang tidak sempat untuk sekedar menghabiskan pisang rebus bersama ayah, ibu, kakak maupun adik-adik kita. Padahal, kita bisa disebut pemimpin yang baik ketika kita bisa memimpin keluarganya dengan baik, menomorsatukan keluarga. Kita sibuk mengurusi soal pacaran yang tidak ada untungnya, jalan-jalan ke sana ke mari sedangkan orang tua kita di rumah tidak pernah kita ajak pergi jalan-jalan. Duh anak muda (ini berlaku buat saya juga). Kita kasih ini itu kepada pacar kita yang berulang tahun atau apalah sedangkan orang tua atau keluarga kita tidak pernah kita beri apa-apa. Bukan berarti saya menuliskan larangan untuk berpacaran. Itu bukan hak saya untuk melarang siapapun. Perlu kita ketahui, semua memiliki batas dan proporsi masing-masing. Dan kita harus rutin beribadah. Walau uang memang penting, tetapi jangan sampai uang membuat kita buta. Kita menjadi sombong, lupa kacang lupa kulit. Entah ya, kenapa juga saya menulis tulisan ini. Mungkin karena saya mulai tersiksa.
0 Comments
Leave a Reply. |
|