"Terkadang kita merindukan momen, bukan orangnya" - unkonwn. Setiap dari kita memiliki catatan hariannya masing-masing. Memori juga dapat disebut album atau wadah dari momen yang kita tangkap ke dalam pikiran kita. Seumpama kamera, mata kita adalah lensa dan otak kita sebagai sdcardnya. Di kamera, mungkin saat kita mengambil gambar ada yang tidak kita sukai dan ingin dihapus, kita tinggal tekan delete selesai. Atau perlu menggunakan program recovery atau apalah yang dapat mengembalikan file yang telah terhapus, baru kita dapat menemukan file itu lagi. Namun, jika sudah dalam memori asli manusia. Dipaksa dihapus pun kadang sering mengganggu, kemudian membuat kita teringat. Karena pas mau melupakan, kita harus ingat apa yang harus dilupakan. Nah, bagaimana bisa lupa? Memori sulit hilang, berarti bisa hilang? Memori bisa hilang jika mendadak amnesia (nggelundung di kasur terus kejedot lantai atau salto di pinggiran jurang). Kemampuan kita mengoleksi setiap peristiwa yang berkesan (suka atau duka) setiap orang pasti berbeda. Ada yang mancep seperti pedang yang menancap dan ada yang dilupakan karena mungkin tidak begitu penting. Bukan hanya peristiwa. Memori tentang ‘merasakan/perasaan’ juga kadang membikin kita baperable. Eh lihat itu ingat dia nih, eh eh lihat ini ingat dia tuh…. Padahal, manusia itu bisa berubah berdasarkan kemampuan yang dimiliki untuk move on. Memori tetap rapi di ingatan, namun momen tidaklah sama, manusia bisa berubah. Siapapun boleh tidak setuju dengan ini. Memori masih menyimpan segala ingatan yang indah di masa lalu, peristiwa-peristiwa yang mengejutkan atau mengharukan. Waktu adalah penyembuh. Waktu dapat menyembuhkan. Kondisi ini memungkinkan kita untuk berlatih bersabar. Sabar tidak ada batasnya, karena sabar adalah sifat Tuhan – Mario Teguh.
0 Comments
Leave a Reply. |
|