Setiap kali ingatan ini muncul, ada rindu luar biasa menyebar di seluruh ruangan dalam hatiku. Aku tau aku telah dimengerti, sebagaimana hanyutnya ia dalam rasa cinta yang begitu indah. Rindu yang dikemas hati-hati dan rapi di tempatnya.
Seketika bayangan itu muncul, berita itu tiba, suara itu kudengar, isyarat itu pertanda, aku mulai celingukan terkesiap. Oh, mungkin hati ini mulai bergerak meminta untuk ditemukan. Di dalam badan kita, terdapat sesuatu yang dari sana cinta itu berasal. Dari hati. Hati kita pun bertemu melalui pesan dan kesan yang disampaikan kepada tingkah, laku, wajah, bicara dan dengan pikiran. Hingga akhirnya hati pun memiliki bahasa, memiliki pertanda sendiri dan tidak jarang suka mengadu kepada sang pikir untuk bertemu. Bukankah kalau kau merindu, pikiranmu mumet karena hatimu itu kebanyakan protes minta ketemu kan? Hati tergerak kepada pikiran, pikiran pun membuat kita bertindak. Aku pun percaya saja, bahwa ini sudah terjadi lama. Maafkan pikir yang tak sempat singgah sebentar untuk turun ke hati. Hati tidak mengenal mengapa bisa demikian, mengapa ini terjadi kepada siapa dan siapa. Ia universal, bebas dan sering seenaknya Hingga akhirnya, kesimpulan dari tulisan ini adalah aku ingin menyampaikan sesuatu. Manakala cinta selalu menjadi rutinitas yang tak berkesudahan. Biarkan Juni, mengalirkan air dari turunnya hujan dan membentuk lautan tak berbatas. Seperti puisinya Sapardi Djoko Damono yang isinya begini " tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni . Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu. tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni. Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu. Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni. Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu. Sudah ya, aku pingin baca-baca tulisanmu. Tapi mana? Ayo dong!
0 Comments
Leave a Reply. |
|